Tampilkan postingan dengan label Politik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Politik. Tampilkan semua postingan

Senin, 17 November 2014

Akibat salah pilihan, Inilah Anggota DPRD DKI Pendukung Ahok, Mayoritas Phalangis?



Inilah daftar hadir anggota DPRD DKI Jakarta dari fraksi-fraksi partai pengusung Jokowi yang mendukung Ahok menjadi gubernur.

Namun, tidak ada seorang pun anggota DPRD dari kubu Koalisi Merah Putih yang menghadiri rapat yang menyetujui Ahok menjadi gubernur.

Hal yang sama juga dilakukan oleh empat wakil ketua dari Koallisi Merah Putih, diantaranya : Mohamad Taufik, Abraham Lunggana, Triwisaksana, dan Ferrial Sofyan.
Berikut ini nama para peserta rapat yang hadir:

Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
1. Prasetio Edi Marsudi
2. Jhonny Simanjuntak
3. Rikardo
4. Bimo Hastoro
5. Gembong Warsono
6. Dwi Rio Sambodo
7. Yuke Yurike
8. Pandapotan Sinaga
9. Metty Magdalena Ussu
10. Ida Mahmudah
11. Steven Setiabudi Musa
12. Pantas Nainggolan
13. Johnni Adventus Hutapea
14. William Yani
15. Manuara Siahaan
16. Indrawati Dewi
17. Panji Virgianto
18. Sereida Tambunan
19. Ong Yenny
20. Cinta Mega
21. Merry Hotma
22. Ellyzabeth C.H. Mailoa
23. Gani Suwondo
24. Januarius Iljas Purwanto
25. Petra Lumbun
26. Raja Natal Sitinjak

Fraksi Gerindra
Nihil

Demokrat-PAN
Nihil

PPP
Nihil

PKS
Nihil

Fraksi Hanura
1. Mohammad Sangaji
2. Syarifuddin
3. Veri Yonnevil
4. Zainuddin
5. Farrel Silalahi
6. Muhammad Guntur
7. Ruslan Amsyari
8. Wahyu Dewanto
9. Zulfikar
10. Hamidi A.R.

Fraksi PKB
1. Hasbiallah Ilyas
2. Ahmad Ruslan
3. Mualif
4. Darussalam
5. Sudirman
6. Abdul Azis

Fraksi NasDem
1. Inggard Joshua
2. Bestari Barus
3. Hasan Basri Umar
4. James Arifin Sianipar
5. Capt. H. Subandi

Dari kehadiran anggota DPRD yang mendukung Ahok itu, terutama dari FPDIP dan Nasdem, mayoritas adalah kaum Phalangis (Kristen). Bagaimana mereka akan dapat mewakili pemilihnya yang mayoritas Muslim di DKI Jakarta? [jj/dbs/voa-islam.com]

Berita Terkait :

Jumat, 14 November 2014

" Bancakan" , Koran Australia gambarkan Jokowi 'tukang masak' pemimpin dunia, ' Pujian ' dari Australia.




Halaman depan koran The Courier Mail gambarkan Jokowi jadi juru masak. ©AFP PHOTO/William West

Para pemimpin dunia hari ini, Jumat (14/11) berdatangan di Kota Brisbane, Australia, buat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi G-20. Tak terkecuali Presiden Joko Widodo yang setelah rampung melawat ke Myanmar, transit sejenak di Bali, kemudian langsung bertolak ke Negeri Kanguru. Rombongan RI-1 tiba pagi tadi waktu setempat.

Sambutan masyarakat Australia terhadap datangnya 20 pemimpin negara ekonomi terbesar sejagat itu cukup antusias. Semangat itu tergambar dari media massa besar di sana yang ramai-ramai memberitakan perhelatan akbar tersebut.

Namun, entah atas alasan apa, salah satu koran terbesar Australia, The Courier Mail, dalam edisi khusus hari ini menggambarkan Presiden Jokowi sebagai tukang masak.

Judul halaman depan koran itu tertulis "Selamat datang di surga dunia". Wajah-wajah pemimpin dunia diedit sedemikian rupa, dipasangkan ke badan orang-orang yang terlihat menghadiri pesta pantai.

Ambil contoh, Presiden Amerika Serikat Barack Obama digambarkan telanjang dada, hanya mengenakan celana boxer, terkesan siap bersenang-senang. Ada juga Perdana Menteri India Narendra Modi terlihat seperti usai memancing lalu memamerkan ikan besar.

Berbeda dari 19 pemimpin dunia lainnya, cuma Presiden Jokowi yang digambarkan memasak di tengah pesta. Dia mengenakan celemek sambil mengenakan peci. Dengan wajah tersenyum, Jokowi dikesankan girang melayani para pemimpin lainnya dalam pesta tersebut.

Belum diketahui respon WNI mukim Australia atas tampilan laman muka Courier Mail. Tanggapan Jokowi atas cover editan itu juga belum diketahui.

Forum G-20 berlangsung selama 15-16 November. Ini akan menjadi akhir dari tur internasional perdana Jokowi setelah dilantik sebagai presiden bulan lalu.

Pada pertemuan kali ini, para pemimpin negara utama dunia akan membahas upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi global.

Dari keterangan Kementerian Luar Negeri, Presiden Jokowi akan diminta berbicara dalam forum terhormat itu. Terutama, mengenai pengalaman menjalankan reformasi birokrasi semasa jadi pemimpin Solo dan DKI Jakarta.

Indonesia bergabung dengan G-20 pada 2008 setelah mencatatkan rekor pertumbuhan ekonomi tinggi sedunia persis di bawah China.

Sumber :   Merdeka.com

Berita Terkait : 

Hasyim Muzadi: Jokowi secara Perlahan Tak Pedulikan Agama



Mantan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi


Rimanews - Mantan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi menyatakan bahwa isu penghilangan kolom agama sudah ia dengar sejak didapuk menjadi penasehat Tim Transisi. Bahkan, dirinya sudah mengingatkan hal ini akan membebani pemerintahan Jokowi yang dianggap pelan-pelan mengabaikan agama.

"Sudah saya ingatkan bahwa ide ini akan membebani pemerintahan Jokowi-JK sebagai pemerintahan yang terkesan pelan-pelan tidak mempedulikan agama," kata Hasyim di Jakarta, Selasa (11/11).

Menurut dia, keinginan pengosongan kolom agama dalam KTP berasal dari kelompok yang sepertinya beragama tapi sesungguhnya tidak beragama.

"Pemerintahan Jokowi-JK saya harap hati-hati, karena hal-hal seperti ini sesungguhnya tidak berguna bagi bangsa, tidak berguna pula untuk seluruh umat beragama di Indonesia," kata Presiden World Conference on Religions for Peace (WCRP) itu.

Hasyim menegaskan bahwa kolom agama dalam kartu tanda penduduk harus diisi sesuai agama yang dipeluk warga negara.

"Kolom agama harus diisi sebagaimana mestinya agama yang dianut warga negara, dan sama sekali tidak boleh dikosongkan," katanya.

Hasyim menyebut, Indonesia sebagai negara yang berdasarkan Pancasila tidak mempunyai hak apalagi kewajiban untuk mereduksi identitas agama dan umat beragama.

Kewajiban negara Pancasila, kata dia, justru membimbing dan mengintensifkan pelaksanaan agama oleh umat beragama yang benar dan "rahmatan lil alamin" (membawa kebaikan bagi seluruh alam) agar mendukung NKRI, kemajuan, dan keadilan negara.

"Kalau alasan mengosongi kolom agama adalah HAM, tidak tepat juga. Justru identitas tersebut adalah HAM-nya orang beragama," kata Hasyim.

Hanya, tambah Hasyim, karena Indonesia negara demokratis, maka apabila ada warga negara yang menginginkan agamanya tidak dicantumkan dalam KTP bisa saja.

"Tapi harus atas permintaan resmi yang bersangkutan, bukan dikosongkan oleh negara," pungkasnya.
Update : Nuruddin Lazuardi

Sumber : Antara, Rimanews ,  Editor : Dhuha Hadiansyah
Berita Terkait :

Rabu, 12 November 2014

Ahok Orang Sombong yang Sok Pandai


Jakarta  - Tokoh oposisi zaman Orde Baru, Sri Bintang Pamungkas, hadir dalam demonstrasi Gerakan Masyarakat Jakarta (GMJ) di depan Kantor DPRD DKI Jakarta, Senin (10/11) kemarin. Bintang, yang mengenakan baju putih berdasi dan ceana gelap itu pun akhirnya berorasi. 

"Saya ingin melihat umat Islam bersatu. Saya bangga menjadi Islam. Saya bukan anggota FPI tapi saya pembela Islam. Mereka yang tidak membela Islam adalah munafik," kata Bintang memulai orasinya.

Bicara soal Ahok, kata Bintang, ada empat hal yang membuat Plt Gubernur iu harus pergi dari Jakarta. 

"Satu, mulutnya besar. Sombong, kotor omongannya. Saya pernah mendengar saat demo mahasiswa Ahok menyuruh supaya Polisi mengisi penuh pelurunya, juga supaya mengisi blangwir dengan bensin. Apa mau bunuh kita. Itu omongan besar yang kotor," ungkap Bintang.

Kedua, kata aktivis yang pernah menjadi politisi PPP ini, Ahok sok pandai. Padahal selama ini tidak ada yang dia kerjakan. "Apa yang dia kerjakan, banjir jalan terus, macet jalan terus. Dia belum kerja apa-apa sombongnya bukan main. Sok pintar. " katanya. 

"Ketiga, dia harus tahu, dia harus sadar diri, dia itu bagian dari minoritas. Kalau minoritas harus tahu diri.
Orang China disini nggak bangga dengan dirinya sendiri, mintanya dipanggil Tionghoa. Ahok kurang ajar," ungkap Bintang. 

Keempat, Bintang menyebut Ahok adalah orang yang anti Islam dan tidak suka kepada Islam. Sikap itu telah ditunjukkan Ahok sejak ia menjabat sebagai Wagub. 

Bicara soal agama, kata Bintang, sudah diatur dalam konstitusi. PAsal 29 UUD 1945 menyebut bahwa dasar negara adalah Ketuahanan Yang Maha Esa. 

"Lha kok sekarang kolom agama mau dihapuskan. Dia itu goblok, anti konstitusi. Dia melawan UUD, hukum tertinggi di Republik Indonesia," tandasnya. 

Bintang juga menyindir Ahok. Sesuai dasar Ketuhanan Yang Maha Esa, berarti orang harus bertuhan yang Esa, bukan yang tiga seperti Ahok. "Dia tidak mengerti, dia itu melawan Ketuhanan Yang Maha Esa," sindirnya.

Sri Bintang mendorong anggota DPRD Jakarta supaya segera mengambil keputusan soal Ahok. "Saudara Ahok harus pergi. DPRD tak usah takut menolak Ahok. Suruh dia balik ke Bangka Belitung," serunya

Sumber  :  (SI Online)

Berita Terkait : 

Ketua PBNU Angkat Bicara! Ahok Arogan, Tidak Berhak Usulkan Pembubaran FPI



 Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siraij menilai, pelaksana tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tidak berhak membubarkan organisasi masyarakat Front Pembela Islam (FPI).

Menurutnya, mantan bupati Belitung tersebut tidak berhak untuk membubarkan FPI, dan bukan bagian dari kewenangan Ahok untuk “membumihanguskan” FPI.

"Itu hak Kepolisian, kalau secara Undang-Undang polisi dong. Ahok sendiri nggak berhak mengusulkan," ujar Said di Jakarta, Selasa (11/11/2014).


Agar bisa diterima oleh sebagian warga Jakarta, Ahok harus mengubah prilaku dan tutur kata, yang diketahui terkenal dengan sikap arogannya tersebut.

"Ya harus bisa tahu diri lah. Dia sebagai pemimpin DKI yang mayoritas Islam, mayoritas habib dan alim ulama," tegasnya.

Said meyakini, apabila Ahok mengubah sikap arogannya, tentu FPI tidak akan bersikeras mencoba melengserkan dari jabatan Plt tersebut. Tentu tidak ada keinginan dari FPI sendiri untuk menolak Gubernur DKI Jakarta.

"Pak Ahok juga nantang kasar juga ke FPI," tuturnya.

Sebelumnya, Plt Gubernur DKI Jakarta Ahok mengaku tidak main-main ingin untuk membubarkan FPI.

Ahok sendiri juga mengaku dirinya akan menyampikan surat rekomendasi pembubaran FPI tersebut ke Kementrian Dalam Negeri (Kemendgri) dan Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkum HAM).

Ahok menjelaskan, maksud dan tujuan mengirimkan surat tersebut lantaran ingin memberikan pelajaran kepada FPI tersebut.

Sumber : suaranews.com

Berita Terkait : 

Kamis, 06 November 2014

Jokowi Menang, "Muhammad dan Alloh SWT MAMPUS" , lebih parah dibanding tukang kipas sate menghina Jokowi


JAKARTA - Heboh, sebuah akun facebook bernama "Nimmin and Friends" menuai kecaman dan komentar pedas karena telah memposting status yang dinilai telah menghina Nabi Muhammad SAW dan Allah SWT.

"YEYEYEYEY JOKOWI MENANG DALAM HASIL AKHIR PILPRES.... Saatnya Komunis² Islam Sperti PKs dll terutama para Ulama Pengikut si Nabi Cabul... Muhammad SWT.... Bakal Meringis liat jagoannya, "Om Wowo" Kalah Di 22 Juli Nih Yeeee... Muhammad + Alloh SWT MAMPUS," tulis akun Nimmin and Friends, Kamis (23/7/2014). (Jika status asli belum dihapus LIHAT DISINI | Capturenya LIHAT DISINI)

Posting status yang dipublish sehari setelah KPU menetapkan Pasangan Jokowi-JK sebagai pemenang Pilpres pada tanggal 22 Juli 2014 itu, hingga berita ini ditulis telah dishare 7.077 kali, 3.803 like dan 31.972 komentar.

Hasil penelusuran Setia News, akun Nimmin and Friends ini tidak hanya sekali menulis status yang kontroversial. Sebelumnya ia juga menulis bernada anti Prabowo dan Islam.

"Mohon Doa Restu Yaaa.... Mudah-Mudahan Jokowi Yang Jadi Presiden.... Amen.... ANTI PRABOWO & ISLAM," tulis akun Nimmin and Friends, Jumat (11/7/2014). (Jika status asli belum dihapus LIHAT DISINI | Capturenya LIHAT DISINI)

Selain itu, sehari sebelum pencoblosan juga menulis status berupa ajakan untuk mencoblos No. 2 Jokowi-JK dan melarang mencoblos No.1, menurutnya karena didukung seluruh Partai Islam yang tukang korupsi.

"Selamat Sore Nimmin Maniax... Jangan Lupa ya Besok tgl 9 Untuk Nyoblos.... Dan Coblos No 2 Ya....JOKOWI-JK. Jangan Coblos No 1, Karena Didukung Sama Seluruh Partai Islam Yang Tukang Korupsi.... Salam Dua Jari....," pinta akun Nimmin and Friends, Selasa (8/7/2014). (Jika status asli belum dihapus LIHAT DISINI | Capturenya LIHAT DISINI)

Sumber: Nimmin and Friends [SN], setianews.com

Berita Terkait  : 

Minggu, 02 November 2014

Petisi Resolusi Mahasiswa Islam Indonesia Untuk Presiden Jokowidodo dan Wapres Jusuf Kalla

 
RESOLUSI MAHASISWA ISLAM INDONESIA UNTUK REZIM JOKOWI-JK

Sejak diproklamirkan merdeka, 17 Agustus 1945, sampai saat ini Indonesia belum mampu mewujudkan cita-cita untuk mensejahterakan rakyat, melindungi dan memanfaatkan kekayaan alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Mulai era Orde Lama, yang dipimpin Soekarno, kemudian berganti era Orde Baru yang dipimpin Soeharto, hingga era reformasi yang dipimpin oleh beberapa presiden, mulai dari BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono selama 2 periode, hingga saat ini, dilanjutkan oleh Joko Widodo.

Semuanya ini terjadi karena satu alasan, bahwa negeri yang rakyatnya mayoritas Muslim ini mencampakkan Islam, baik dari aspek akidah maupun sistemnya, dalam kehidupan. Sebaliknya, seluruh rezim yang berkuasa di negeri ini, mengambil dan menerapkan akidah dan sistem Sekular. Karena itu, pergantian rezim satu ke rezim yang lain tidak pernah mengubah apapun, karena masih berada pada simpul yang sama, demokrasi yang dibangun berdasarkan Sekulerisme, meski ditafsirkan dan dikemas berbeda oleh masing-masing rezim.

Ideologi dan sistem sekular yang diterapkan di negeri inilah yang menjadi biang keterpurukan, dan krisis multidimensi. Bukan hanya itu, alih-alih hendak mewujudkan cita-cita kesejahteraan, melindungi dan memanfaatkan kekayaan alam untuk kepentingan rakyat, melepaskan diri dari belenggu penjajahan pun tidak bisa. Akibatnya, kondisi negeri ini bahkan jauh lebih sengsara dibanding era penjajahan fisik, pada zaman Belanda dan Jepang. Buktinya, Asing, IMF dan Bank Dunia mencengkeram Indonesia dengan pinjaman luar negerinya. Sistem pendidikan sekuler melahirkan 2,5 juta remaja melakukan aborsi karena hubungan seks bebas. Sistem pemerintahan demokrasi menghasilkan penguasa khianat dan korup (korupsi bank century, BLBI, Hambalang, dan lainnya), sedikitnya 76 UU hasil legislasi DPR sarat kepentingan asing. 86% minyak dan gas kita dikuasai asing. Begitu pula sektor-sektor strategis lain, baik telekomunikasi, perbankan, bahkan pertanian dan masih banyak kerusakkan yang lainnya. Semuanya ini merupakan dampak penjajahan modern. Inilah realitas yang dihadapi oleh presiden dan wakil presiden baru, periode 2014-2019, Joko Widodo dan Jusuf Kalla.

Karena itu, sebagai bentuk tanggungjawab nyata, serta kecintaan kepada negeri ini dan kesungguhan mahasiswa muslim Indonesia dalam berjuang untuk mewujudkan masa depan Indonesia yang lebih baik, maka kami menyampaikan Resolusi untuk Rezim Joko Widodo-Jusuf Kalla, sebagai berikut:

1. Sesungguhnya rakyat telah merasakan dan menyadari kerusakan serta kebobrokan sistem Demokrasi dan Kapitalisme Liberal ini. Karena itu, kami menuntut kepada Rezim Jokowi-JK untuk segera menghentikan praktik demokrasi, dan menggantikannya dengan sistem Islam dalam kepemimpinan Khilafah berdasarkan metode kenabian sebagaimana yang terdapat dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Karena inilah satu-satunya solusi yang akan membawa kebaikan untuk negeri ini, sekarang dan yang akan datang.

2. Segera mengembalikan Tambang Emas Papua, Blok Cepu, Blok Mahakam, Blok Natuna dan kekayaan alam lainnya yang dikuasai asing kepada rakyat dan dikelola sepenuhnya oleh negara demi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

3. Hentikan pinjaman luar negeri dan hutang riba yang jelas haram. Sebagai gantinya, wujudkan Rp. 3000 Trilyun APBN yang berasal dari pendapatan kekayaan alam, zakat, fa’i dan jizyah untuk memberikan jaminan kebutuhan sandang, papan dan pangan, serta kesehatan, pendidikan dan keamanan yang berkualitas dan gratis untuk seluruh rakyat.

4. Mengalihkan seluruh investasi disektor non riil yang diharamkan Allah Swt kepada sektor riil sehingga akan membuka lapangan kerja seluas-luasnya untuk menyelesaikan 7,24 juta pengangguran dan 47 juta rakyat di bawah garis kemiskinan.

5. Melarang seluruh bentuk pergaulan bebas, pornografi dan pornoaksi yang telah menimbulkan 2,5 juta aborsi karena hamil di luar nikah, narkoba, lokalisasi, perzinaan dan kriminalitas lainnya dengan menerapkan sistem pergaulan Islam.

Inilah satu-satunya solusi dan langkah untuk membebaskan negeri ini dari penjajahan, serta mewujudkan masa depan Indonesia yang lebih baik, adil, makmur, sejahtera dan mendapatkan ridha dari Allah SWT. Dengannya pula, cita-cita mewujudkan Indonesia Hebat secara hakiki bisa diwujudkan. Karena itu, sepatutnya segala cita-cita dan harapan kita sandarkan kepada Allah SWT, dengan menerapkan syariat Islam secara menyeluruh, sebagaimana firman-Nya:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Qs. Al-A’raf: 96)

Keberkahan dari langit dan bumi akan diberikan kepada orang yang beriman dan bertakwa. Sebaliknya, jika mereka ingkar dan tidak mau bertakwa, maka Allah mengancam akan menjatuhkan adzab-Nya. Kondisi ini secara sempurna hanya bisa diwujudkan, jika rakyat negeri ini menerapkan syariat Islam secara kaffah di bawah Khilafah Rasyidah ‘ala min haajin nubuwwah.

Jakarta, 10 Oktober 2014

Resolusi Mahasiswa Islam Indonesia untuk Rezim Jokowi
Tanda tangan perwakilan tokoh mahasiswa














Sumber : Jakarta  bringislam.web.id , 
              solo      muslimdaily.net
              Bandung voa-islam.com


Terkait :

 



Sabtu, 01 November 2014

Penolakan RUU Anti Pornografi, Tegas menghukum rakyat kecil tak berdaya dan Hikmah Ajaran Rosulillah,





Selama ini mereka menuduh "sok suci" kepada orang2 yang anti pornografi.

Selama ini mereka paling gigih membela pornografi

Selama ini mereka menentang keras penutupan Dolly, dengan alasan HAM dan sebagainya.

Selama ini mereka yang menentang RUU Anti Pornografi.

TAPI KINI:

Ketika idola mereka - Jokowi - yang dihina dalam bentuk foto porno, mereka MARAH. Mereka berujar dengan berang, "Coba kalau ibu dan bapak kamu yang posenya dibuat porno seperti itu, dan disebarluaskan ke mana-mana. Bagaimana perasaan kamu?"

DUHAI TEMAN!

Saya merasa bersyukur dan bahagia membaca ucapan kamu yang seperti itu.

Saya bersyukur karena kini kamu sudah sadar BETAPA KEJINYA pornografi itu.

Sekarang coba bayangkan:

Bagaimana jika ibu kamu yang dijual sebagai pelacur di Dolly?

Bagaimana jika saudara perempuan kamu berpose porno di majalah Playboy?

Bagaimana jika anak perempuan kamu beradegan porno di sebuah blue film?

BAGAIMANA PERASAAN KAMU JIKA ITU TERJADI?

Sakit banget kan, rasanya?
Kalau sakit, kenapa selama ini kamu menentang RUU AntiPornografi?
Kenapa kamu menentang penutupan Dolly?
Kenapa kamu menuduh "sok suci" untuk orang-orang yang menentang pornografi?
===================

Kami juga TIDAK SUKA pada MA karena dia memposting foto porno.
Yang kami bela BUKAN perbuatan pornografinya.
Kami juga menentang perbuatan seperti itu, siapapun pelakunya.
Kami menentang tindakan pemerintah yang terlalu represif dan TERLALU LEBAY dalam menindak seorang warga tak berdaya.
Kenapa beraninya cuma pada tukang tusuk sate? Berani gak sama yang jual satelit?
==================================
Mari belajar kepada Rosulullah Nabi Muhammad SAW. tentang  larangan pornografi/pornoaksi dengan kelembutan pemimpin.

Rasulillah pernah didatangi oleh pemuda yang mengutarakan keinginannya untuk masuk Islam. Tetapi, disela-sela keinginannya itu, sang pemuda meminta izin kepada Rasulullah untuk masuk Islam tapi tetap dibolehkan berzina.

Sampai disini, coba perhatikan sejenak. Rasulullah, seorang utusan Allah, manusia yang PALING MULIA, manusia yang menjadi penyampai kebenaran langsung dari Allah, yang memiliki tanggung jawab atas penyempurnaan akhlak ummatnya, diminta agar memberikan izin atas salah seorang pemuda untuk tetap boleh berzina ?

Harusnya, secara manusiawi, fitrahnya, Rasulullah marah karena merasa terhina. Tapi sungguh, demi Allah, Rasullullah tidak marah! Bahkan dengan sangat bijak, Rasul mengajak pemuda tersebut untuk dialog.

Sampai disini, saya jadi berpikir, merenungi bagaimana Rasul- sebagai Rasul yang paling istimewa diantara rasul dan nabi-nabi lain tidak sombong sedikitpun, tidak memperlihatkan ketinggian dirinya atas pemuda tadi, tidak pula merendahkannya, tidak menghinakannya.

Dan yang paling akhir, Rasul (demi Alloh) tidak menutup percakapan dengan pemuda tadi, apalagi ditutup dengan cara yang membuat pemuda tersebut menjadi merasa terhina.

Rasulullah, yang istilahnya paling shalih dan paling berilmu, tidak pernah merendahkan seorang pun -seperti kepada pemuda tadi- walau sudah jelas seseorang itu telah salah. Tentu kita juga ingat kisah tentang Rasul yang bahkan selalu menyuapi seorang pengemis yahudi tua lagi buta yang selalu menghinanya.

Bahkan kelembutan Abu Bakar yang menggantikan tugasnya tersebut -menyuapi-, tetap mampu membuat si pengemis (dalam keadaan buta) sadar, dan kesal sampai bertanya, “kamu siapa? kamu bukan orang yang biasanya?”.

Perhatian bagaimana lemah lembut dan penuh kasih sayangnya Rasul pada ummatnya -walau mereka belum berislam. sulit tersaingi, apalagi tergantikan.

Kembali ke kisah Rasul dan pemuda yang meminta izin untuk berzina tadi, akhirnya terjadilah dialog yang luar biasa, yang menunjukkan kasih sayang rasul, yang menunjukkan kecerdasan Rasulullah dalam mengemas nasehat dan mempengaruhi lawan bicaranya.

“Wahai anak muda, mendekatlah!” ujar Rasulullah. Pemuda itu kemudian mendekat. “Duduklah”, lanjut Rasul.

Kemudian Rasul bertanya pada pemuda tadi, “Sukakah kalau itu terjadi pada ibumu?”. Pemuda tadi menjawab, “tidak, demi Allah!”.

“Demikian pula manusia seluruhnya tidak suka zina itu terjadi pada ibu-ibu mereka”, kata Rasul. Lalu beliau bertanya lagi, “sukakah jika itu terjadi pada anak perempuanmu?”. Pemuda itu menjawab seperti jawaban pertama. Demikian pula selanjutnya, beliau bertanya jika itu terjadi pada saudara perempuan dan bibinya. Jawaban pemuda tadi tetap sama.

Rasulullah kemudian meletakkan tangannya yang mulia pada bahu pemuda itu seraya berdoa, “Ya Allah, sucikanlah hati pemuda ini. Ampunkanlah dosanya dan peliharalah ia dari melakukan zina”

Sejak peristiwa itu, tidak ada perbuatan yang paling pemuda itu benci selain zina (HR Ahmad dan Al Baihaqi).

Tetaplah konsisten dalam kebenaran dan hikmah .

Sumber : Jonru   
Silontong.com, suaranews.com dan Republika.co.id penambahan dari berbagai sumber


Terkait : 





Minggu, 26 Oktober 2014

Membelokan SARA sebagai tempat yang nyaman untuk menyembunyikan kebusukan.



80 Milyar Us Dolar - setara Rp 800 Triliun dengan nilai tukar Rp 10.000 /Us $ uang dibawah keluar negara pengusaha Hitam pada tahun 1998 - 1999 .padahal mereka lahir dan besar di-indonesia. yang lebih miris lagi pada tahun 1998 Krisis moneter melanda Indonesia ,namun mereka begitu tega mengkianati Indonesia. mereka semua sekarang dibelakang Jokow dan Jusuf Kalla untuk pilpres tahun 2014.

Pada awal 1998, dalam sebuah acara buka puasa bersama yang dihadiri oleh ribuan orang, Prabowo Subianto berceramah mengenai krisis ekonomi yang sedang melanda Indonesia. Dalam ceramahnya, ia menyesalkan sikap sejumlah konglomerat dari golongan Tionghoa yang telah melarikan modalnya ke luar negeri (capital flight). Mereka tumbuh dan menjadi besar dengan fasilitas negara, namun ketika negara tertimpa krisis, mereka malah melarikan duitnya ke Singapura. Nama yang disebut Prabowo di antaranya adalah Sofjan Wanandi.

Dalam otobiografi Jusuf Wanandi, kakak Sofjan Wanandi, “Menyibak Tabir Orde Baru” (2014), secara insinuatif Jusuf menyebut bahwa acara buka bersama itu dihadiri oleh kelompok ekstremis dan garis keras kanan yang menyebarkan kebencian terhadap etnis Tionghoa dan golongan Katolik. Tuduhan itu tentu saja menggelikan. Bisa dibayangkan, sebuah serangan politik kepada Sofjan Wanandi telah dibelokan sedemikian rupa seolah merupakan serangan terhadap golongan Tionghoa dan Katolik.

Jika kita buka kembali rekaman peristiwa itu, serangan kepada Sofjan itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan soal SARA, melainkan murni analisis ekonomi-politik. Sejak krisis ekonomi menerpa, Bank Indonesia mencatat jumlah modal yang dilarikan ke luar negeri hingga 1999 tak kurang dari USD 80 miliar. Dan dana itu memang sebagian besar dilarikan oleh para konglomerat etnis Tionghoa.

Usaha para konglomerat untuk melarikan modal ke luar negeri sebenarnya telah berlangsung sejak awal 1990-an. Jika kita membuka-buka kembali arsip berita-berita ekonomi antara 1991 hingga 1997, usaha untuk melarikan modal ke luar negeri telah dilakukan oleh sejumlah konglomerat dengan menggunakan berbagai modus. Majalah-majalah berita ekonomi, seperti PROSPEK dan WARTA EKONOMI, pada awal 1990-an berkali-kali mengangkat tema soal nasionalisme para konglomerat itu.

Kasus yang paling menghebohkan tentu saja adalah ketika Sudono Salim menjual mayoritas saham PT Indofood Sukses Makmur kepada sebuah perusahaan roti kecil di Singapura, QAF, yang juga miliknya. Akal-akalan semacam itu mendapat pembelaan dari para konglomerat lainnya. Sofjan Wanandi, misalnya, yang sejak lama memang disebut sebagai juru bicaranya para konglomerat, menyebut tindakan Salim itu sebagai murni strategi bisnis untuk menghadapi globalisasi, dan bukan merupakan bentuk capital flight.

Jadi, kecaman kepada konglomerat etnis Tionghoa pada masa itu memiliki dasar argumen ekonomi-politik yang jelas, bukan berpijak di atas sentimen rasial dan keagamaan.

Untuk menarik kembali modal yang sudah dilarikan itu, pada 11 November 1999, Gus Dur harus berbicara di Hotel Shangrilla Singapura, di hadapan tak kurang dari 500 pengusaha Tionghoa, seperti Sudono Salim, Eka Tjipta Widjaja, Mochtar Riyadi, James Riyadi, Edward Soerjadjaja, atau Tong Djoe. Nama terakhir, Tong Djoe, adalah penghubung antara Gus Dur dengan Lee Kuan Yew. Ya, untuk menarik kembali duit para konglomerat itu, Gus Dur sampai harus menjadikan Lee sebagai penasihat Presiden RI di bidang ekonomi.

Sebelum kembali ke Indonesia pada Oktober 1999, ketika Gus Dur dan Megawati naik menjadi presiden dan wakil presiden, Sofjan Wanandi adalah buronan Mabes Polri. Ia masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) sejak 1998. Ia melarikan diri ke berbagai negara, seperti Singapura, Australia, Amerika, Eropa dan Jepang.

Ada berbagai tuduhan yang disangkakan kepada Sofjan, seperti penyelewengan pajak, kredit macet, terlibat kasus commercial paper, serta terlibat kasus bom Tanah Tinggi. Sofjan, bersama dengan Surya Paloh, dianggap sebagai penyandang dana dari insiden bom yang melibatkan anak-anak PRD itu, meskipun tuduhan itu dibantah oleh keduanya.

Dalam proses pemeriksaan, dengan alasan memeriksakan kesehatan, Sofjan melarikan diri ke luar negeri hingga pemerintahan berganti ke tangan Gus Dur.

Pada 21 Oktober 1999, Sofjan tak hanya bisa kembali ke Indonesia. Ia bahkan diminta oleh Gus Dur untuk duduk menjadi anggota Dewan Ekonomi Nasional. Sebagai juru bicara para konglomerat, posisi Sofjan sepertinya memang sangat kuat. Apalagi, sebagai salah satu pendiri CSIS, ia memang dikenal dekat dengan Gus Dur.

Apakah ditunjuknya Sofjan sebagai salah satu penasihat presiden pada 1999 merupakan bentuk lobi kepada para konglomerat Tionghoa agar mereka bersedia untuk kembali menginvestasikan modalnya ke Indonesia, atau lebih karena dia memiliki kedekatan saja dengan penguasa masa itu? Ini sebenarnya adalah obyek penelitian yang menarik.

Sofjan, waktu itu, tentu saja bukan orang dekat Megawati. Sofjan bahkan bisa dikatakan merupakan musuh Megawati. Dalam konflik perebutan kursi ketua umum PDI, yang memuncak pada Peristiwa 27 Juli 1996, Sofjan berada di kubu Soerjadi. Fragmen ini juga diceritakan dalam otobiografi Jusuf Wanandi. Menurut Jusuf, sebagai orang yang ikut bertanggung jawab dalam menjatuhkan Soekarno, Sofjan tentu saja tidak memiliki kepercayaan pada Mega.

Oleh karenanya ia mendukung Soerjadi. Apalagi Soerjadi adalah bekas direktur salah satu perusahaannya. Ya, Sofjan telah mengenal Soerjadi sejak 1965, ketika sebagai aktivis KAMI Sofjan mencoba merangkul aktivis-aktivis mahasiswa PNI yang anti-PKI. Konflik di tubuh PDI itu sendiri menarik. Dalam otobiografinya Jusuf mengaku bahwa dia dan Benny berada di kubu Mega, sementara Sofjan berada di kubu Soerjadi.

Kembali kepada kemarahan Kwik, saya kira jika serangan kepada Sofjan itu tidak keluar dari mulut Kwik, ia pasti akan segera dituduh rasis. Untungnya kritik itu dilontarkan oleh Kwik. Persis di situ kita harus memproblematisasi isu SARA dengan jernih.

Politik yang beradab memang harus menyingkirkan jauh-jauh sentimen SARA. Namun membelokkan setiap kritik dengan argumen yang terang menjadi seolah bernuansa SARA, jelas jauh lebih berbahaya, karena bisa menjadikan isu sensitif tadi sebagai tempat persembunyian yang nyaman untuk menyembunyikan kebusukan.

Sumber :  http://www.fimadani.com/sofjan-wanandi/
Tarli Nugroho,    Redaktur: Shabra Syatila     bersama Rubianto Tanoto  

 Terkait :