Kamis, 28 Agustus 2014

‘Washington Post Sebut Al-Qassam Pasukan Paling Profesional’


Ustadz Bachtiar Nasir: ‘Washington Post Sebut Al-Qassam Pasukan Paling Profesional’

“Hari ini merupakan hari kedua rakyat Gaza merayakan Hari Raya Kemenangan, dimana sebelumnya mereka telah merayakan Hari Raya Idul Fitri,” ungkap Ketua Jurnalis Islam Bersatu (JITU) Surya Fachrizal saat menjadi moderator dalam Konferensi Pers ‘Kemenangan Gaza’ bersama Ustadz Bachtiar Nasir di AQL Islamic Center, Tebet, Jakarta, Kamis (28/8).

Sejak Selasa (26/8) malam, warga Gaza dan Tepi Barat turun ke jalan merayakan kemenangan politik Palestina atas penjajah Zionis. Meski ribuan orang menjadi korban, namun tekanan Hamas terhadap Zionis dalam upaya pembukaan blokade terhadap Jalur Gaza bisa dibilang cukup menuai hasil sukses.
Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Ustadz Bachtiar Nasir dalam kesempatan konferensi pers itu mengritik media-media non-Islam yang kerap meliput kepedihan warga Gaza, tetapi tak pernah mengabarkan berita kemenangan mereka.

Menurutnya, ada empat hikmah yang bisa diambil dari rakyat Gaza yang begitu kuat sehingga Palestina mampu bertahan dari serangan demi serangan Zionis.

“Pertama, menurut artikel The Washington Post, pasukan militer Gaza merupakan pasukan paling profesional di muka bumi. Brigade Al-Qassam sebagai sayap militer Hamas memiliki kekuatan yang disegani musuhnya, yaitu Israel,” ungkap Direktur AQL Islamic Center ini seperti dikutip Kiblat.net, Jumat (29/8).

Oleh karena itu, ia mencatat, ini merupakan pelajaran penting bagi seluruh kaum Muslimin agar memperhatikan kekuatan militer, ekonomi dan politiknya—selain juga fokus pada kekuatan ruhiyah.
“Kedua, rakyat Gaza bisa begitu kuat karena ada kehadiran ulama yang senantiasa menemani rakyat Gaza. Di Palestina, ada istilah ulama luar dan ulama dalam. Yaitu para ulama di dalam negeri dan di luar negeri yang kerap menyokong perjuangan rakyat Palestina,” ujar Ustadz Bachtiar.

Satu contoh lagi bagaimana kehadiran ulama mendampingi para Mujahidin Palestina ialah ketika penangkapan 9 orang mata-mata (agen zionis). Sebelumnya, 9 agen zionis ini ditangkap paska terbunuhnya 3 komandan Hamas dan hancurnya kediaman komandan Al-Qassam, Muhammad Dhaif.
Agar tidak menimbulkan kekisruhan di tengah warga, maka eksekusi mati di bawah mahkamah syariah ini, Mujahidin Palestina memutuskan untuk:
- menutupi wajah para agen zionis ini saat dieksekusi mati,
- hanya memberi tahu keluarga terdekat para agen zionis tersebut,
- menafkahi dan menyantuni istri dan anak-anak para agen zionis ini seperti layaknya para pejuang yang syahid.

“Keputusan brilian ulama Palestina ini berhasil meredam konflik di tengah warga Gaza,” ujar Ustadz Bachtiar. “Bahkan, ketika ada salah satu ibu yang menyadari anaknya sebagai pengkhianat, ia bahkan menginjak leher sang anak tersebut,” tambahnya.

Ketiga, kepemimpinan para pemimpin-pemimpin di Gaza. Yang mana hal ini tidak ditemukan di Tepi Barat. “Tidak ada pemimpin dunia sekelas Gaza, yang begitu dicintai dan ditaati rakyatnya,” terangnya.
Keempat, hikmah yang paling besar dari masyarakat Gaza adalah keteguhan dan kesabaran mereka saat menghadapi ujian.

“Mereka terbiasa di bawah dentuman serangan Israel, terbiasa hidup dalam kepungan, tanpa ada air, makanan, listrik. Ini patut dicontoh oleh Muslim dunia,” ujarnya. (fajar shadiq/kiblatnet)
baca juga:http://gazanews.wordpress.com/2014/08/05/washington-post-prajurit-hamas-adalah-pasukan-paling-profesional-dan-berbahaya-di-dunia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar