Sarah Joseph, mualaf pendiri majalah Muslim
Populasi warga Muslim di Eropa cenderung meningkat dengan
makin banyaknya warga Eropa yang beralih memeluk agama Islam. Christian Science
Monitor (CSM) seperti dikutip Islamonline menyebutkan, meskipun tidak diketahui
berapa jumlah pastinya, para pengamat yang mengamati komunitas warga Muslim di
Eropa memperkirakan ada ribuan wanita dan laki-laki Eropa yang masuk Islam
setiap tahunnya.
Para peneliti baik Muslim dan Non Muslim mengungkapkan,
ajaran-ajaran agama Islam telah menarik minat banyak warga Eropa yang 'mencari
kedamaian dalam hatinya dan bereaksi atas ketidakpastian moral di kalangan
masyarakat Barat.'
Mary Fallot yang masuk Islam tiga tahun yang lalu
mengatakan, "Buat saya, Islam adalah pesan cinta, toleransi dan
perdamaian."
Meski demikian, para peneliti pada CSM mengakui ada mualaf
yang tertarik dengan aliran Islam yang radikal, tapi jumlahnya tidak banyak.
Beberapa diantaranya dihukum karena dituding melakukan aksi teroris seperti
Richard Reid yang dikenal sebagai 'pelaku bom sepatu' dan John Walker Lindh,
warga AS yang ditangkap di Afghanistan.
Kepala intelejen dalam negeri Perancis, Pascal Mailhos dalam
wawancara dengan harian yang terbit di Paris, Le Monde sempat mengungkapkan
kekhawatirannya atas fenomena itu. Namun ia menyatakan,"Kita harus
menghindari untuk menyamaratakan setiap orang."
Lebih Banyak Mualaf Perempuan
Sarah Joseph, mualaf pendiri majalah Muslim
Lebih lanjut CSM mengungkapkan, para pakar mengakui hasil
penelitian bahwa jumlah mualaf di Eropa lebih banyak dari kaum perempuan
ketimbang laki-laki. Meski demikian ada yang berpendapat bahwa hal itu terjadi
akibat perkawinan dengan laki-laki Muslim.
"Hal semacam itu sudah biasa, tapi belakangan ini makin
banyak kaum perempuan yang memiliki pendirian sendiri," ujar Haifa Jawad,
dosen di Universitas Birmingham, Inggris. Menurutnya, banyak juga laki-laki
yang masuk Islam karena menikah dengan seorang Muslimah.
Ditanya soal apakah kehidupan cintanya berkaitan dengan
keputusannya memeluk Islam, Fallot yang sejak kecil beragama Katolik hanya
tertawa. "Ketika saya bilang pada kolega saya di kantor bahwa saya sudah
masuk Islam, reaksi pertama mereka adalah menannyakan pada saya apakah saya
punya pacar orang Islam," kisah Fallot.
"Mereka tidak percaya kalau saya melakukannya atas
keinginan saya sendiri," tambah Fallot. Ia menyatakan, ketertarikannya
pada Islam karena Islam memerintahkan umatnya untuk selalu dekat dengan Tuhan.
Alasan-alasan seperti itulah yang menurut para ahli, menjadi
fenomena bagi makin banyaknya wanita Eropa yang memilih masuk Islam.
"Banyak kaum perempuan yang bereaksi atas ketidakpastian moral yang
berlaku di kalangan masyarakat Barat. Mereka menyukai rasa memiliki, kepedulian
dan kebersamaan yang diajarkan dalam Islam," kata Dr. Jawad.
Yang lainnya, menyukai Islam karena ide-idenya tentang
masalah-masalah kewanitaan maupun kaum laki-laki yang diatur dalam"Islam
memberikan penghormatan pada keluarga dan kaum perempuan, perempuan bukanlah
objek seks," kata Karin van Nieuwkerk,pakar yang mempelajari tentang
mualaf dari kalangan perempuan.
Sarah Joseph, mualaf sekaligus pendiri majalah gaya hidup
Muslim "Emel" mengatakan, para mualaf di kalangan kaum perempuan
mencari sebuah gaya hidup yang indah, jauh dari ekses-ekses feminisme Barat
yang kadang tidak akurat.
Sementara itu, Profesor Stefano Allievi dari Universitas
Padua Italia mengungkapkan, beberapa mualaf mengemukakan alasan politik atas keputusan
mereka memeluk Islam. "Islam menawarkan semangat spiritual dalam
berpolitik, menawarkan ide sebuah tatanan yang suci. Alasan ini lebih cenderung
diungkapkan laki-laki dan hanya sedikit mualaf perempuan yang mengungkapkan
alasan seperti ini," papar Allievi.
Masa-Masa Sensitif
Diluar alasan itu semua, CSM dalam laporannya menuliskan,
para mualaf mulai menjalani kehidupannya sebagai Muslim dan Muslimah baru
pelan-pelan, mengadopsi kebiasaan Islam sedikit demi sedikit. Fallot misalnya,
meskipun sekarang ia sudah mengenakan pakaian yang panjang dan longgar, tapi ia
belum siap mengenakan jilbab.
Batool al-Toma yang mengelola program "New Muslim"
di Yayasan Islam Leicester, Inggris mengungkapkan, tahap-tahap awal seseorang
yang baru masuk Islam adalah tahap yang sensitif.
"Anda tidak percaya diri dengan pengetahuan anda, anda
seorang pendatang baru dan bisa saja menjadi mangsa dari berbagai orang baik
secara individu maupun organisasi. Pada saat yang sama, orang yang baru masuk
Islam harus meninggalkan kebiasaan hidupnya yang lama," kata Al-Toma.
"Mereka yang mencari jalan yang ekstrim untuk
membuktikan keIslaman dirinya bisa menjadi mangsa empuk dan akan mudah
dimanipulasi," tambah Dr. Ranstop. Ia mencontohkan Muriel Degauque,
seorang mualaf asal Belgia yang melakukan bom syahid dengan menyerang pasukan
AS di Irak.
Meski jumlah mualaf di kawasan Eropa makin meningkat,
namunmasih banyak negara-negara Eropa yang bersikap diskriminatif dan membuat
aturan ketat terhadap warga Muslim. Baru-baru ini, Organization for Security
and Cooperation in Europe (OSCE) menyampaikan keprihatinannya akan makin
meningkatnya sikap tidak toleransi pemerintah Belanda terhadap warga Muslim
sehingga menimbulkan 'iklim ketakutan' di kalangan warga minoritas.
Laporan yang baru-baru ini dikeluarkan oleh Helsinki
Federation for Human Right (IHF) juga menyatakan bahwa Muslim minoritas di
seluruh Eropa telah mengalami diskriminasi, dicurigai sikap permusuhan yang
makin meningkat.
Terkait :
- Franck Ribery : Menemukan Kedamaian Islam
- Drs Wachid Rasyid Lasiman (d/h Willibrordus Romanus Lasiman) : Apa Agama Yesus?
- Sudomo: "Saya Murtad Selama 36 Tahun"
- Misi Rohani Ulama Penjara Texas Amerika
- ARTIS Penyanyi Marcell Siahaan Memeluk Islam
- Daniel Streich, Penentang Pembangunan Masjid Masuk Islam
- Ibrahim Sily : Kisah Aneh Pendeta Masuk Islam
- Nostalgia Puasa Pertama Seleb Mualaf
- Abraham David Mandey : Pendeta yang mendapat Hidayah Allah
https://beritahariini45.blogspot.com/2019/03/ini-yang-bikin-presiden-sepak-bola.html
BalasHapus