Tampilkan postingan dengan label Dakwah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dakwah. Tampilkan semua postingan

Kamis, 11 Desember 2014

Ketua DPD FPI DKI Jakarta Habib Salim bin Umar Alattas, yang akrab disapa Habib Selon, punya kiat sendiri hadapi Ahok








SELON vs AHOK

Ketua DPD FPI DKI Jakarta Habib Salim bin Umar Alattas, yang akrab disapa Habib Selon, punya kiat sendiri hadapi Ahok :

RONDE 1 :

Tatkala Ahok merencanakan Lokalisasi Pelacuran di Jakarta, lalu FPI DKI Jakarta menolak keras. Lantas saja Ahok berkata sinis : "FPI jangan munafiq, kan terima setoran juga." Habib Selon pun langsung mengomentari : "Bukan FPI yg munafik terima setoran, tapi AHOK yang KAFIR doyan duit LENDIR."

RONDE 2 :

Tatkala Ahok mengusulkan penghapusan kolom agama dalam KTP dengan dalih bahwa kolom agama berpotensi diskriminatif, maka Habib Selon menyatakan : "Kolom nama yang sering beraroma suku dan ras juga berpotensi diskriminatif antar suku dan ras. Kolom tempat dan tanggal lahir pun berpotensi diskriminatif antar daerah dan kalangan beda umur. Kolom alamat juga berpotensi diskriminatif antar wilayah. Kolom pekerjaan pun berpotensi diskriminatif antar profesi. Kolom jenis kelamin juga berpotensi diskriminatif antar pria dan wanita. Jadi kalau begitu, dalam KTP hilangkan saja semua kolom nama, agama, alamat, pekerjaan, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir, karena semuanya berpotensi diskriminatif, sehingga KTP nya KOSONG tanpa isi. Dasar Ahok Goblok !!!"

RONDE 3 :

Tatkala Ahok larang penjualan dan penyembelihan Hewan Qurban di Tempat Umum di Jakarta, maka Habib Selon bereaksi keras dengan logat Betawi : "Si Ahok pengennye rakyat jual dan sembelih BABI aje buat cecongorannye."

RONDE 4 :

Tatkala FPI mendukung GMJ membentuk PPJ (Presidium Penyelamat Jakarta) yang melantik KH. Fakhrurrozi Ishaq (Bang Rozi) sebagai GUBERNUR RAKYAT JAKARTA, maka Ahok berkomentar sewot agar FPI buat saja Tuhan Tandingan. Lalu dengan gaya khas Betawi Habib Selon - Ketua FPI DKI JKT menanggapi : "Ha ... haa ... haaa ... AHOK suruh FPI buat Tuhan Tandingan. Dasar KAFIR GOBLOK !!! Tuhannya FPI adalah ALLAH SWT yang tiada tandingannya, bukan seperti Tuhannya Ahok yang cuma pakai kancut dipantek dan diletakkan di dalam rumahnye, atau Patung Baba Tong yang Gendut Jelek di halaman rumahnye .... Ahok kebanyakan makan BABI, sehingga mulut dan bacotnya BAU BUSUK .... !!!"

RONDE 5 :

Tatkala banyak korban mati akibat Miras Oplosan, Ahok berinisiatif agar Miras Resmi diizinkan dijual bebas untuk mencegah agar tidak ada lagi Miras Oplosan. Habib Selon pun menanggapi : "Ahok otak Gaok .... mentang-mentang yang punya pabrik Miras Resmi makhluq jenis die, dari ras dan etnisnye ... eh die mau izinin. Padahal Alkohol itu RACUN, sehingga dioplos atau tidak dioplos, resmi atau tidak resmi, tetap berbahaya untuk diminum.
Jadi, menurut Ahok, kalau Racun resmi bermerek boleh, kalau tidak resmi bermerek tidak boleh. Dasar Bahlul ... !!!

(Sumber : Laskar Selon), Muhammad Rizieq Syihab

Berita Terkait : 

Kamis, 04 Desember 2014

Lantunan Ayat Suci Alquran Gadis Aceh Getarkan Dunia Maya



Al - Islam - Tayangan video berisi lantunan ayat suci Alquran yang dilafalkan 
Maghfirah M Hussein, gadis 18 tahun asal Bireuen, Aceh menggetarkan jagat dunia maya.

Suara Maghfirah melantunkan surat Al Anfal ayat 1-6 terdengar merdu dan menggetarkan hati siapa saja yang mendengarnya. Simak videonya!







(Ism, Sumber: YouTube/Putra Andalas, Atjehpost)


Rabu, 26 November 2014

Seperti Virus “Pesan Ukhuwah” Guru Sidogiri Menyebar di Media Sosial

http://materidienulislam.blogspot.com/2014/11/seperti-virus-pesan-ukhuwah-guru.html

Diam-diam saya menyukai FPI memberantas kemunkaran. Kesalahan mereka tidaklah seberapa dibanding kesalahanku yang tak peduli dengan kemunkaran

Perpecahan di tubuh umat Islam seringkali diawali dengan sikap ashabiyah alias fanatik terhadap kelompoknya. Antar harakah Islam atau ormas Islam saling mengklaim kelompoknya yang paling benar, sementara kelompok lain banyak salahnya.

Padahal, setiap harakah Islam punya tujuan sama yakni tegaknya dakwah Islam. Dalam menengak dakwah Islam ini, tentunya setiap harakah Islam punya ciri khas yang berbeda dengan harakah Islam lainnya.

Di tengah fitnah perpecahan kalangan Ahlus Sunnah nasihat guru Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan, Jawa Timur Ahmad Dairobi tiba-tiba menyentak kalangan Muslim di Indonesia.

Seminggu ini, ‘nasehat ukhuwah’ Ahmad Dairobi ini menggelinding secara viral di media sosial, termasuk menjadi pembicaraan hangat di berbagai grup WhatsApp dan BBM broadcast message. Berikut nasihatnya:

“Diam-diam ternyata saya menyukai semangat FPI dalam memberantas kemunkaran. Saya tahu, kadangkala ada yang salah dalam aksi mereka. Namun, kesalahan mereka tidaklah seberapa dibanding kesalahanku yang takut dan tak peduli dengan kemunkaran yang merajalela.

Diam-diam ternyata saya menyukai semangat dan ketulusan Jamaah Tabligh dalam meramaikan salat berjemaah di masjid. Saya tahu, kadangkala ada yang salah dalam tindakan sebagian mereka. Namun, kesalahan mereka tidaklah seberapa dibanding kesalahanku yang tidak melakukan apa- apa saat tetanggaku banyak yang tidak salat.

Diam-diam ternyata saya menyukai semangat Hizbut Tahrir dalam membangun khilafah. Saya tahu, ada yang salah dalam sebagian konsep khilafah mereka. Namun, kesalahakanku yang tak mau berbuat apa-apa untuk penegakan syariat Islam, jauh lebih besar daripada kesalahan mereka.

Diam-diam ternyata saya menyukai cara berpolitik orang-orang PKS. Saya tahu, mereka banyak dihuni oleh tokoh-tokoh di luar Nahdlatul Ulama; dan yang namanya partai politik pasti cukup banyak kesalahan oknum mereka. Namun, kesalahan mereka tidaklah seberapa dibanding kesalahanku memilih partai yang cenderung sekuler dan anti penerapan syariat Islam.

Bahkan, diam-diam ternyata saya juga suka dengan keberanian Al-Qaidah dalam melawan kezaliman politik Amerika dan Israel. Aku tahu, mereka melakukan beberapa kesalahan, tapi kesalahanku yang tidak peduli dengan nasib umat Islam jauh lebih besar daripada kesalahan mereka.

Dan, dengan terang-terangan saya menyatakan sangat mengagumi Nahdlatul Ulama. Yakni, NU yang sesuai dengan pandangan Hadratussyekh Kiai Hasyim Asy’ari. Bukan NU yang menjadi kendaraan politik. Bukan NU yang dipenuhi kepentingan pragmatis. Bukan NU yang menjadi pembela Syiah dan Ahmadiyah. Bukan NU yang melindungi liberalisme. Dan, bukan NU yang menjadikan Rahmatan Lil Alamin sebagai justifikasi untuk ketidakpeduliannya terhadap perjuangan penegakan syariat,” demikian tulisnya.

Saat dihubungi hidayatullah.com, Ahmad Dairobi mengakui jika tulisan itu pertama kali ia tulis melalui akun Facebooknya pada 23 November 2014. Namun ia tak menyangka tulisan itu menjadi pembicaraan masyarakat.

“Niat saya, agar antar gerakan Islam saling menjaga ukhuwah. Jangan sampai ashobiyyah dan fanatik buta pada organisasi masing-masing menutup pintu kebaikan kelompok lain, “ ujarnya, Selasa (25/11/2014) siang.*

Rep: Ibnu Syafaat
Editor: Cholis Akbar

Sumber :  hidayatullah.com

Berita Terkait : 
 

Selasa, 25 November 2014

Ismail Yenu : Raja Papua yang Suka Berdakwah

http://materidienulislam.blogspot.com/2014/11/ismail-yenu-raja-papua-yang-suka.html


Ia dikhitan (disunat) di saat usianya telah mencapai 68 tahun.” Mana ada orang yang sunat umur 68 tahun kecuali Raja Irian : Ismail Yenu”

Al-Islam - Mulanya ia seorang pendeta. Bermodal ilmu yang ia timba dari pendeta Jostri Ayome selama empat tahun di Jayapura, Papua, ia mulai rajin berceramah di gereja. Ia resmi dilantik menjadi pendeta pada tahun 90-an.

Alasannya menjadi pendeta sederhana saja. Sebagai seorang kepala suku, ia merasa bertanggungjawab menyelamatkan ideologi rakyatnya. “Rakyat harus beragama dan mengenal Tuhan. Jadi, saya harus belajar agama sebagai tanggung jawab tadi,” kata Ismail Saul Yenu, sang pendeta itu.

Banyak yang heran mengapa Yenu menjadi pendeta. Sebab di Papua tak banyak kepala suku bisa merangkap menjadi pendeta.

Yenu tahu, posisinya sebagai kepala suku akan memudahkan nya mengambil hati rakyat untuk masuk Kristen. Dugaannya benar. Banyak warga Papua, baik pendatang maupun penduduk asli, termasuk lima keluarga Muslim, masuk Kristen. Kebanyakan mereka adalah transmigran yang hidup di hutan.

“Waktu itu ada yang sakit dan berhasil saya sembuhkan dengan doa. Karena itu mereka masuk Kristen,” cerita Yenu tentang keluarga Muslim ini. Namun, perjalanan hidup berkata lain. Yenu sang kepala suku mendapat hidayah dan sempat menunaikan ibadah haji. Sepulang dari haji ia disambut oleh rakyatnya dengan teriakan, ”Raja sudah datang … raja sudah datang!” Uniknya, yang menyambut bukan hanya kaum Muslim saja, tapi banyak juga orang Kristen.

Kesempatan ini tak disia-siakan Yenu. Jika dulu ia rajin berceramah di gereja, maka sekarang ia rajin berdakwah untuk Islam. Banyak yang kepincut hatinya untuk mengucap syahadat lewat dakwah Yenu, termasuk keluarga Muslim yang dulu ia murtadkan. Semua ini ia lakukan untuk menebus tanggungjawab yang dulu salah ia terjemahkan.

Bagaimana lika-liku dakwah sang kepala suku di pulau paling timur Indonesia ini? hidayatullah, menemui pria asli Irian ini di rumahnya di Fakfak, Papua Barat.

Mengapa Anda tertarik dengan Islam?

Meski saya ini dulunya pendeta, tapi diam-diam saya suka mengamati perilaku orang Islam. Saya tertarik melihat orang Islam rajin shalat dan berdoa. Mereka shalat lima kali dalam sehari.

Ini berbeda dengan cara non-Muslim. Mereka hanya berdoa sekali sepekan, atau jika ada acara sembahyang keluarga. Ini menunjukkan kalau orang Islam itu punya Tuhan yang luar biasa. Saya lalu bertanya, mengapa mereka bisa berdoa sedang saya tidak? Dari sinilah saya mulai tertarik dengan Islam.

Apakah Anda punya pengalaman berkesan tentang Islam ketika masih beragama Nasrani?

Ya. Ketika tahun 70-an, di daerah saya ada program ABRI masuk desa yang dipimpin Jenderal M Yusuf. Semua orang berkumpul, mulai dari militer sampai sipil.

Sebagian besar tentara adalah orang Islam. Sedang orang Nasrani kebanyakan sipil.

Ketika apel siaga, Pak Yusuf bertanya, mana orang Islam yang siap membantu rakyat? Serempak orang Islam berdiri, sedang kami orang Nasrani cuma duduk saja.

Lalu Jenderal Yusuf bertanya kepada saya tentang agama yang saya anut. Saya jawab Nasrani. Tapi beliau bilang, ”Dari pada kamu nanti hanya di luar, tak dapat jatah surga, lebih baik ikut begabung dengan mereka (orang Muslim).” Akhirnya entah mengapa saya ikut berdiri juga.

Setelah tertarik dengan Islam, siapa yang membimbing Anda memeluk agama ini?

Saya mencari kebenaran itu sendiri. Saya pernah mencarinya ke Manokwari (Papua Barat), malah diusir dan ditolak. Tapi saya tak marah. Saya kembali mencarinya ke Jakarta. Di Jakarta saya bertemu banyak rekan-rekan sesama Muslim, termasuk Ustadz Fadzlan (M Zaaf Fadzlan Rabbani al-Garamatan, tokoh Papua yang banyak membantu kaum Muslim di daerahnya). Saya banyak dibantu oleh mereka.

Kapan Anda bersyahadat?

Tahun 2002, di Masjid Agung al-Azhar, Kebayoran, Jakarta. Saya dibimbing oleh seorang imam masjid di sana . Esok harinya saya langsung minta dikhitan (sunat). Padahal umur saya sudah 68 tahun. Mana ada di dunia ini orang yang sunat umur 68 tahun kecuali Ismail Yenu. Hehe he.

Bagaimana cerita Anda pergi haji?

Esok hari setelah saya dikhitan, saya telepon Dr Amin Rais (tokoh Muhammadiyah) dan minta dihajikan. Saya juga cerita keadaan masyarakat Irian. Saya katakan bahwa saya tak mampu pulang dan berdakwah di tengah masyarakat Irian jika belum naik haji. Sebab, biasanya masyarakat tak langsung percaya kalau langsung mendakwahi.

Alhasil, Amien Rais menelepon Din Syamsuddin (Ketua PP Muhammadiyah), menanyakan apakah ada “lowongan” ke Baitullah. Alhamdulillah, rupanya ada calon haji yang batal berangkat di kloter Asiyah. Kloter ibu-ibu yang berjumlah 240 calon jamaah haji. Meski terasa risih karena harus bergabung dengan ibu-ibu, akhirnya saya jadi diikutkan di kloter tersebut.

Bagaimana perasaan Anda ketika itu?

Saya merenung, mengapa baru beberapa hari menjadi muallaf langsung mendapatkan panggilan agung dari-Nya untuk naik haji? Ini karena kebesaran dan izin Allah semata.

Tiga hari berikutnya saya berangkat haji. Padahal waktu itu bekas khitan saya belum kering betul. Saya pergi ke dokter praktik dan beli kondom.

Sebelum berangkat, seluruh calon haji diperiksa. Rupanya saya ketahuan membawa kondom. Setelah ditanya, saya jawab kalau bekas khitan saya masih basah. Karena tak percaya, saya diperiksa lagi oleh dokter.

Ada kenangan menarik sewaktu naik haji?

Di Arafah, kami berdoa mulai pagi hingga siang hari. Padahal, udara dan cuaca ketika itu sangat panas. Seakan-akan tubuh ini terpanggang teriknya matahari.

Tiba-tiba, entah dari mana datangnya, ada yang menyiram tubuh saya hingga basah kuyup. Pakaian saya basah semua. Saking basahnya, sampai-sampai saya berdoa sambil menghirup air.

Seketika itu juga saya jadi adem, tak merasa panas lagi. Padahal saat itu jumlah manusia berlapis-lapis. Rasanya tak mungkin kalau ada orang yang datang menyiram saya.

Sewaktu di Masjid al-Haram, ada seorang perempuan besar duduk di sebelah saya. Padahal, jamaah pria tak boleh bercampur dengan jamaah wanita. Saking besarnya, tinggi pinggul wanita itu mencapai bahu saya. Saya merasa ngeri sekali.

Usai berdoa, saya terfikir mau menegur dia. Begitu menoleh, eh, si wanita tadi sudah lenyap entah ke mana. Padahal tubuhnya besar sekali.

Di Masjid Nabawi, suasana sangat padat. Tak ada lagi ruang kosong di dalam masjid. Begitu masuk, rupanya ada tempat lowong yang kira-kira muat untuk dua orang.

Saya jadi heran mengapa tak ada yang melihat tempat tersebut. Padahal sejak tadi jamaah sudah berebutan tempat.

Sementara saya shalat, tiba-tiba ada orang datang dengan jubah yang sangat bagus. Kainnya sangat lembut. Kualitas baju saya kalah jauh dibanding dia. Padahal baju saya juga masih baru, istilahnya baru buka plastik.

Seperti kejadian pertama, begitu saya mau menegur, orang yang dimaksud sudah lenyap entah ke mana.
Apa makna dari semua kejadian tersebut buat Anda?

Keyakinan saya semakin bertambah. Allah SUbhanahu Wata’ala tak akan pernah lalai memantau segala kelakuan hamba-Nya. Keyakinan saya makin mantap jika agama Islam ini benar-benar agama Allah. Kita tak boleh main-main dengan agama ini. Rekan sesama Muslim, termasuk Ustadz Fadzlan (M Zaaf Fadzlan Rabbani al-Garamatan, tokoh Papua yang banyak membantu kaum Muslim di daerahnya). Saya banyak dibantu oleh mereka.

Apa yang Anda lakukan setelah pulang dari Tanah Suci?

Saya tak langsung pulang ke Manokwari, tapi mampir dulu ke Kalimantan Timur selama 14 hari. Saya mengunjungi Balikpapan, Bontang, dan beberapa daerah lain bersama Ustadz Kodiran (orang Yogyakarta yang tinggal di Condet, Jakarta Timur). Kami berdakwah di tempat-tempat itu sekaligus menyaksikan kebesaran Islam.

Bagaimana tanggapan keluarga Anda sepulang dari haji?

Tiba di rumah saya langsung disambut bagai raja oleh masyarakat setempat dengan upacara adat. Saya diminta menginjak 120 buah piring yang ditaruh di jalan menuju rumah.

Apa yang Anda lakukan setelah masuk Islam?

Saya pernah mendatangi gereja saat sang pendeta khutbah. Tanpa tedeng aling-aling, sambil mengenakan gamis dan songkok haji, saya langsung meminta sang pendeta berhenti berkhutbah. Saya ajak mereka semua masuk Islam. Saya berani melakukan itu karena dulu mereka adalah jamaah saya, termasuk lima keluarga murtad yang pernah saya baptis.

Bagaimana tanggapan keluarga setelah Anda menjadi Muslim?

Saya katakan, “Maaf, saya tak seperti dulu lagi. Kalau mama masih suka pake baju singlet atau celana pendek, berarti tak boleh mendekat. Silakan pergi tukar baju dulu. Kepala juga harus ditutup pakai kerudung. Kalau tidak begitu, maaf saja.”

Sebelumnya saya telah menyiapkan oleh-oleh pakaian dari Tanah Suci sebanyak 40 pasang. Masing-masing isteri saya mendapat 10 pasang (Yenu memiliki empat isteri). Saya juga minta tolong teman untuk memberi pemahaman Islam kepada para istri saya.

Setelah Anda memeluk Islam, apakah orang-orang yang pernah Anda murtadkan ikut kembali memeluk Islam?

Sebagian besar mereka masuk Islam lagi. Memang ada sebagian kecil yang tetap bertahan (dengan agamanya), namun jumlahnya tak banyak. Malah ada yang beranggapan, waktu masih pendeta saja doa saya dikabulkan oleh Tuhan, apalagi sekarang setelah masuk Islam dan pulang dari Tanah Suci.

Tapi saya katakan kepada mereka bahwa segala sesuatu itu hanya Allah yang mengatur. Manusia cuma bisa berkehendak saja.*

Rep: Ahmad Damanik
Editor: Cholis Akbar


Berita Terkait : 

Senin, 24 November 2014

Alasan Ahok Harus dilengserkan Secara Konstitusional :

http://materidienulislam.blogspot.com/2014/11/alasan-ahok-harus-dilengserkan-secara.html
 
 
Yang pertama, kerasahan umat Islam DKI Jakarta atas agama Ahok yang non Islam yang akan naik menjadi Gubernur DKI Jakarta.

Kedua, keresahan masyarakat Tionghoa di Jakarta dan daerah lainnya, karena sikap arogansi Ahok bertentangan dengan falsafah masyarakat Tionghoa yang ramah lagi santun, sehingga dikhawatirkan akan bisa menimbulkan dan menyulut aksi anti Cina di Indonesia.

Ketiga, keresahan umat beragama di Jakarta atas wacana yang pernah dilontarkan Ahok terkait penghapusan status agama di KTP warga DKI Jakarta.

Keempat, penghinaan terhadap agama Islam juga agama yang lain yang mana Ahok mengatakan ayat-ayat konstitusi di atas ayat-ayat suci.

Kelima, menggusur dua masjid di TIM (Taman Ismail Marzuki) dan Jatinegara.

Keenam, merubah pakaian seragam sekolah muslim/ah pada hari Jum’at dari baju muslim menjadi pakaian adat.

Ketujuh, wacana Ahok untuk merubah jam sekolah menjadi jam 9 pagi yang nantinya akan menyebabkan anak-anak umat Islam tidak lagi bangun shubuh.

Kedelapan, mengurangi bantuan terhadap majelis taklim dari 900 majelis taklim menjadi 80 majelis taklim.

Kesembilan, mengurangi kuota untuk bantuan pembangunan masjid dari 1.000 Masjid selama 1 tahun menjadi 300 masjid selama 1 tahun.

Kesepuluh, menghapuskan bantuan untuk madrasah dan sekolah Islam.

Kesebelas, menghentikan bantuan makan untuk jamaah haji DKI Jakarta di tahun 2014.

Kedua belas, mendukung pembangunan Gereja yang tidak sesuai dengan peruntukan.

Ketiga belas, menempati posisi-posisi ketua lembaga-lembaga keislaman di bawah Pemda DKI Jakarta.

Keempat belas, banyak kemaksiatan dan kemunkaran yang dilakukan Ahok salah satunya akan melokalisasi tempat prostitusi/pelacuran.

Kelima belas, penghinaan Ahok terhadap ormas Islam yang menuntut penutupan semua tempat pelacuran dengan menyebutnya sebagai ormas munafik.

Keenam belas, tidak bisa mengayomi dan turun ke warga DKI Jakarta dalam kegiatan-kegiatan keagamaan.

Ketujuh belas, penyalahgunaan jabatan untuk misi Kristenisasi dengan kedok lelang jabatan sehingga lurah-lurah non Islam menjadi lurah di tengah warga yang mayoritas beragama Islam. Ia juga sudah melelang jabatan Kepala Sekolah Negeri se DKI, saat ini di Jakarta Barat saat saja 80% kepala sekolah negeri beragama Kristen.

Kedelapan belas, arogansi Ahok terhadap PNS dari jajaran pemda DKI Jakarta hingga tingkat kelurahan, bahkan pernah memarahi mereka dengan menyebutnya sebagai "binatang".

Kesembilan belas, penghinaan Ahok terhadap para anggota DPRD DKI Jakarta dengan menyebut mereka sebagai pemeras dan tukang palak serta suka memperbudak Pemda sebagaimana dilansir oleh berbagai media cetak dan elektronik.

Kedua puluh, penghinaan Ahok terhadap rakyat dan pejabat di Jakarta dengan mengatakan “Bajingan di Jakarta mulai dari rakyat jelata hingga pejabat” yang dimuat Tribunnews.com, Kamis, 4 September 2014.

Kedua puluh satu, tidak legitimate karena Ahok bukan pilihan mayoritas warga DKI Jakarta. Terpilihnya Ahok hanya karena satu paket dengan Jokowi yang memiliki pencitraan dan elektabilitas tinggi. Itu pun yang memilih Jokowi-Ahok hanya sepertiga warga Jakarta.

Kedua puluh dua, melanggar konstitusi dengan menerbitkan Instruksi Gubernur No 67 tahun 2014, saat menjabat Plt. Gubernur DKI Jakarta ketika Jokowi cuti untuk Pilpres, yang berisi tentang pelarangan penjualan hewan kurban di tempat umum dan pemotongannya di halaman sekolah dan masjid serta fasilitas publik lainnya pada saat hari raya Idul Adha.

Kedua puluh tiga, melanggar kearifan lokal karena penjualan hewan kurban di tempat umum dan pemotongannya di halaman sekolah dan masjid serta fasilitas publik lainnya pada saat hari raya Idul Adha adalah sudah menjadi tradisi umat Islam Indonesia sejak ratusan tahun lalu.

Kedua puluh empat, menodai Islam karena keputusan tersebut telah menghina syariat kurban yang menjadi bagian penting dari syiar Islam.

Dan yang kedua puluh lima, penyebab terjadinya kerusuhan Tanah Abang dan insiden DPRD sebagai akibat dari keputusan kontroversialnya tersebut.

"Itu semua sudah cukup menjadi alasan mengapa umat Islam khususnya warga DKI Jakarta untuk menuntut Ahok dilengserkan. Dan sudah cukup alasan bagi DPRD Jakarta untuk menggunakan hak interplasi, hak angket, dan hak impeacment kepada Kemendagri lalu meminta fatwa Mahkamah Agung (MA) agar Ahok diberhentikan,"