Tampilkan postingan dengan label Kisah dan Sejarah Haji. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah dan Sejarah Haji. Tampilkan semua postingan
Sabtu, 11 Oktober 2014
PANORAMA MASJIDIL HARAM
Bagi yang merindukan suasana dua tanah suci al Haramain
MasyaAllah..! Teduh menakjubkan. Silakan buka link-link dibawah ini maka Anda sudah berada di Ka'bah dan memandang seputaran Masjidil Haram Mekkah dan Masjid Nabawi Madinah.. tiga dimensi
Anda bisa keliling dengan menggerakkan/swipe layar touch screen Anda..!
Silahkan menikmati..
Ka'bah Masjidil Haram :
Nabawi :
Sabtu, 10 Desember 2011
Mesjid Nabi (Perluasan Pada Masa Walid bin Abdul Malik)
1. Ketika Walid bin Abdul Malik melihat Hasan bin Ali bin Abi Thalib dan para sahabatnya salat di dalam rumah, beliau khawatir orang-orang akan berkumpul mengerumuninya. Beliau berinisiatif untuk memperluas mesjid, menjadikan rumah Fatimah Zahra dan makam Rasulullah menjadi bagian dari mesjid .
2. Pembongkaran mesjid itu dimulai pada bulan Safar tahun 88 H. dan selesai pembangunannya tiga tahun kemudian, yaitu tahun 91 H.
3. Walid meminta bantuan kepada Kaisar Romawi yang mengirimkan seratus pekerja dan 40 kereta mosaik serta beberapa kereta yang berisi rantai untuk lampu.
4. Pondasinya dibuat dari batu, dindingnya dibuat dari batu-batu yang dipahat yang berundak-undak dan mengapurnya dengan kuas, tiang-tiangnya dari batu yang diisi dengan besi dan timah, atapnya dari Saj (sejenis kayu keras) yang disepuh dengan air emas dan dihiasi dengan mosaik dan marmar.
5. Lebar tembok sebelah Barat mencapai dua hasta kurang sedikit (95 cm.) dan tembok sebelah Timur dua hasta empat jari. Bagian ini ditambah karena sering terkena banjir.
6. Mereka membuat dua atap mesjid, yang satu lebih tinggi dari yang lain, tinggi atap yang bawah 12,5 m, sehingga jika hujan deras tidak merusak mesjid dan tidak menghujani orang-orang yang sedang salat. Ibnu Abdu Rabbih menggambarkan mesjid tersebut dalam bukunya Aqdul Farid (3:365), katanya, "Mesjid Nabi ini lantainya terhampar dari Barat sampai Timur, pada tiap-tiap shaf ada 17 tiang, jarak antara tiang yang satu dengan yang lainnya sangat luas dan tiang di hamparan Kiblat dicat putih, tinggi sekali. Tiang-tiang itu terbuat dari granit, tiang putih itu berbentuk segi empat besar, kepalanya disepuh dengan emas. Di atasnya ada kepala tiang terukir, juga disepuh dengan emas begitu juga atapnya. Di hamparan mimbar terbelah dengan ubin-ubin yang tersepuh emas hingga akhir, dan atap tengah berbentuk perisai bolong."
7. Walid menambah lebar mesjid 19 m. Sembilan meter ke Barat dan 10 meter ke Timur, penambahan ini membuat kamar-kamar masuk ke dalam mesjid.
Mesjid Nabi (Sejarah Pembangunan)
1. Ketika Nabi Muhammad saw. keluar dari Quba menuju Madinah, beliau memerintahkan kepada para sahabat untuk membiarkan untanya sambil berkata, "
2.
3
4. Para sahabat Nabi saw. menggali tanah sedalam tiga hasta (satu meter setengah) sebagai fondasi mesjid. Mereka membuat fondasi tersebut dari batu alam kemudian membangun dindingnya dengan batu bata.
5. Menurut salah satu riwayat, dikatakan bahwa Usman bin Mazh`un (riwayat lain Usman bin Affan) enggan terkena kotoran, dia mengangkut batu-bata di atas pakaiannya, jika batu itu telah diletakkan ia membersihkan lengannya sambil menoleh ke bajunya. Apabila terkena debu, disibakkannya debu tersebut Ali bin Abi Talib menyaksikan keadaan itu lalu menggubah sebuah bait syair:
لا يسـتوي من عمر المســـــــاجد
يـدأب فيهــا قائمـــا وقـــاعد
ومن يــرى عند الـتراب حـــــائد
Artinya:
Tidak sama orang yang meramaikan mesjid yang selalu (beribadah) di dalamnya sambil berdiri ataupun duduk
dengan orang yang melihat ke debu sebagai penghalang. Ammar bin Yasir mendengar syair tersebut lantas mengulang-ulanginya tanpa mengetahui siapa yang dimaksud. Kemudian Usman bin Mazh'un lewat dan mendengar bait syair tersebut lalu marah, karena dia mengira Ammar bin Yasir telah menyindirnya. Usman bin Mazh'un berkata, "Wahai anak Samiyah, siapakah yang kau sindir dan cela itu? Berhentilah, kalau tidak aku pukul wajahmu!" (Sedang ia memegang sebatang besi). Nabi saw. mendengar ucapan itu, beliau langsung marah. Para sahabat berkata kepada Ammar, "Sesungguhnya Nabi saw. telah marah kepada engkau dan kami khawatir akan turun ayat Alquran tentang kita." Ammar menjawab, "Saya akan membuat beliau senang sesudah beliau marah." Kemudian Ammar berkata, "Wahai Rasulullah, apakah masalahku dengan sahabat engkau yang lain? Rasulullah saw. balik bertanya, "Apa masalahmu dengan mereka?" "Mereka ingin membunuhku dengan cara menyuruh mengangkut batu bata dua-dua atau tiga-tiga sedang mereka membawa satu-satu", jelas Ammar. Rasulullah saw. langsung memegang tangan Ammar dan mengajaknya ke mesjid sambil menyapu debu yang menempel pada daun telinganya dan bersabda, "Bukan para sahabatku yang ingin membunuhmu wahai anak Samiyah, akan tetapi kelompok pembangkanglah yang ingin membunuhmu." Rasulullah saw. turut bekerja bersama para sahabat membangun mesjid dan menanggalkan sorbannya, melihat beliau demikian kaum Muhajirin dan Anshar mengikutinya sambil melantunkan syair:
لئن قعدنا والنبي يعمل ذاك إذا لعمل مضلل
Jika kita duduk berpangku tangan sedangkan Nabi bekerja Itu adalah perbuatan tersesat
Nabi saw. ikut bekerja dengan kedua tangannya sambil mengawasi jalannya pembangunan dan berdoa dalam kalimat-kalimat yang puitis:
فارحم الأنصار والمهاجره
اللهم إن الأجر أجر الآخره
فاغفر للأنصار والمهاجره
إلا إن العيش عيش الآخره
Ya Allah, sesungguhnya pahala yang sebenarnya adalah pahala di akhirat nanti, limpahkanlah kasih sayang-Mu atas kaum Anshar dan Muhajirin. Sesungguhnya kehidupan yang sebenarnya adalah kehidupan di akhirat nanti, berilah pengampunan kepada kaum Anshar dan Muhajirin
Masjidilharam (Nama-nama)
Di negara ini tidak ditemukan suatu daerah yang memiliki nama lebih banyak dari Mekah dan Madinah. Ini adalah mengingat bahwa kedua termpat tersebut adalah tempat yang paling mulia. Di antara nama-nama Makkatulmukarramah adalah:
- Al Balad: Allah Taala berfirman:
(Aku benar-benar bersumpah dengan kota ini (Mekah), dan kamu (Muhammad) bertempat di kota Mekah ini).
- Al Baladil Amin (Kota yang aman): Allah Taala berfirman:
- Al Baldah: Allah Taala berfirman:
- Bakkah: Allah Taala berfirman:
- Qaryah: Allah Taala berfirman:
- Masjidilharam: Allah Taala berfirman:
(Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidilharam ke Masjidilaksa)
- Al Ma`aad: Allah Taala berfirman:
- Ummul Qura: Allah Taala berfirman:
- Mukhraja Shidqin: Allah Taala berfirman:
- Al Baasah: Karena orang yang ingkar akan adanya Allah (ateis) dibinasakan dan dihancurkan di dalamnya.
- Bassaq:
بصق فلان على أصحابه
(Fulan lebih tinggi dari teman-temannya). Disebut demikian karena Mekah adalah kota yang posisinya paling tinggi, dia membinasakah orang-orang mulhid (ateis).
- Nama-nama tambahan: Barrah - Ar Ra'su - Ar Ritaaj - Sabbuhah - Salam - Shalah - Thayyibah - Adzara' - Arsy - Arisy - Aruudh - Faaraan - Muqaddasah - Qadis - Qaadisah - Qaryatul Himaa - Qaryatun Naml - Nuqratul Ghuraab - Kuuti - Al Maktaan - Naadir - Waadi - Ummu Raahim - Ummu Rahim - Ummur Rahmi - Ummur Ruhamaat - Ummu Ruuh - Ummu Zahm - Ummu Shabiih - Ummu Kuuti.
- An Naasah - An Naasyah: Karena ia menyapu bersih serta mengusir orang ateis.
- An Nasaasah: Karena air di daerah ini sangat sedikit. Berasal dari kalimat An Nassu yang berarti kering.
Jumat, 09 Desember 2011
Masjidilharam (Perluasan )
1. Yang pertama kali meletakkan Hajar Aswad adalah Nabi Ibrahim as. dan batu itu adalah
2. Yang pertama kali meletakkan Hajar Aswad adalah Nabi Ibrahim as. dan batu itu adalah permata yang berasal dari Surga.
Ketika Bani Bakar bin Abdi Manaf bin Kinanah bin Ghaisyan bin Khaza'ah mengusir keturunan Jurhum dari Mekah, Amr bin Harits bin Madhadh Al Jurhumi keluar membawa dua patung emas kepala rusa dan Hajar Aswad dan dipendam di sumur Zamzam seterusnya mereka berangkat menuju Yaman.
3. Pemendaman Hajar Aswad di dalam sumur Kakbah tidak bertahan lama karena seorang wanita dari Khaza`ah memberitahukan kepada kaumnya bahwa dia melihat orang Jurhum memendam Hajar Aswad di sumur Zamzam. Kemudian mereka meletakkan Hajar Aswad kembali ke tempatnya. Hal ini terjadi sebelum pembangunan oleh Qushay bin Kilab.
4. Setelah Mekah dikuasai oleh suku Qaramitah di bawah pimpinan Abu Tahir Al Qarmuthi, mereka membantai 1700 orang di Mesjidilharam, sebagian bergelantungan di Kakbah kemudian mereka memenuhi sumur Zamzam dengan mayat-mayat. Mereka merampas harta orang-orang dan perhiasan Kakbah,
merobek-robek kiswah penutup Kakbah dan membagikannya kepada kawan-kawannya, merampok benda-benda berharga dalam Kakbah, melepas pintu Kakbah dan memerintahkan pula untuk mengambil talang emasnya. Pada tanggal 7 Zulhijah tahun 317 H. Abu Tahir Al Qarmuthi menduduki kota Mekah dan mencopot Hajar Aswad dari tempatnya secara paksa. Abu Tahir memerintahkan Jakfar bin Ilaj untuk mencopot Hajar Aswad dan membawanya pada tanggal 7 Zulhijah 317 H. Setelah dia melakukan kebiadaban dengan membunuh orang-orang yang sedang tawaf, iktikaf dan salat. Mereka membawa Hajar Aswad ke negerinya. Setelah itu tempat Hajar Aswad kosong. Orang-orang yang tawaf hanya meletakkan tangannya di tempatnya saja untuk mendapatkan berkahnya. Akhirnya Hajar Aswad dikembalikan ke tempatnya pada hari Selasa tanggal 10 Zulhijah tahun 339 H. setelah 22 tahun Kakbah kosong dari Hajar Aswad.
5. Pada tahun 363 H. datang seorang laki-laki dari Romawi. Saat ia mendekati Hajar Aswad, ia mengambil cangkul dan memukulkannya dengan kuat ke pojok tempat Hajar Aswad hingga berbekas. Ketika ia akan mengulangi perbuatannya, seorang Yaman datang dan menikamnya sampai roboh.
6. Pada tahun 413 H. Bani Fatimiyah mengirim sebagian pengikutnya dari Mesir di bawah pimpinan Hakim Al Abidi, di antaranya ada seorang laki-laki yang berkulit merah dan berambut pirang serta berbadan tinggi besar, sebelah tangannya menghunus pedang sedang yang sebelah memegang pahat, lalu dipukulkannya ke Hajar Aswad sebanyak tiga kali hingga pecah dan berjatuhan, sambil berkata, "Sampai kapan Batu hitam ini disembah, sekarang tidak ada Muhammad atau Ali yang dapat melarangku dari perbuatanku, kini aku ingin menghancurkan Kakbah." Kemudian pasukan berkumpul untuk membunuh dia dan berikut para pembantunya.
7. Pada tahun 990 H. datang seorang laki-laki asing (bukan orang Arab) membawa sejenis kampak dan dipukulkannya ke Hajar Aswad, Pangeran Nashir menikamnya dengan belati hingga mati.
8. Di akhir bulan Muharram tahun 1351 H. datang seorang laki-laki dari Afghanistan. Ia mencungkil pecahan Hajar Aswad dan mencuri potongan kain Kiswah serta sepotong perak pada tangga Kakbah. Penjaga masjid mengetahui perbuatan itu kemudian menangkapnya, diapun dihukum mati. Pada tanggal 28 Rabiul Akhir tahun 1351 H. datang Raja Abdul Aziz bin Abdur Rahman Al Faisal As Saud ke Mesjidharam dalam rangka perekatan pecahan Hajar Aswad akibat perbuatan tentara terkutuk tadi. Perekatan tersebut dilakukan setelah diadakan penelitian oleh para ahli untuk menentukan bahan khusus yang digunakan untuk merekat batu pecahan Hajar Aswad yaitu berupa bahan kimia yang dicampur dengan minyak misik dan ambar.
Masjidilharam
Sejarah Pembangunan/50 Pembangunan Sumur Zamzam Asal Zamzam.
Hajar, ibunda Nabi Ismail adalah wanita yang pertama memakai minthaq (ikat pinggang berekor). Beliau memakainya dengan tujuan untuk menghilangkan jejaknya dari Sarah. Nabi Ibrahim membawa Hajar dan anaknya, Ismail yang masih dalam usia menyusu ke tempat yang agak tinggi di pinggir mesjid dekat Baitullah persisnya di atas Zamzam.
Ketika itu di Mekah belum ada orang dan tidak ada air. Ibrahim menempatkan mereka berdua di sana dan meninggalkan sekantong kurma dan sekantong air untuk mereka. Nabi Ibrahim pergi meninggalkan mereka berdua. Tiba-tiba Hajar mengikutinya dan berkata, "Mau ke manakah engkau wahai Ibrahim? Kau tinggalkan kami di lembah yang tidak ada manusia dan tidak ada sesuatupun?" Pertanyaan itu terus diulang-ulang, tapi Ibrahim tidak menoleh dan tidak pula menjawab. Lalu Hajar bertanya, "Apakah Allah yang menyuruhmu berbuat demikian?" Ibrahim menjawab, "Ya." Hajar berkata, "Kalau memang begitu kami tidak keberatan."
Kemudian Hajar kembali dan Ibrahim meneruskan langkahnya, sampai di atas bukit, di mana keluarganya tidak dapat melihatnya lagi, beliau menghadap ke arah Baitullah, lalu mengangkat kedua tangannya seraya berdoa, "
Ibunda Ismail minum dari kantong air untuk menyusukan anaknya, sampai suatu ketika air itupun habis dan anaknya kehausan. Dia melihat anaknya dengan penuh cemas, lalu dia pergi meninggalkannya karena tidak tega melihatnya kehausan. Dia pergi menuju bukit terdekat, yaitu bukit Safa lalu berdiri di atasnya dan memandang ke arah lembah di sekelilingnya apakah ada orang? Ternyata tidak ada. Dia turun melewati lembah sampai ke bukit Marwah, dia berdiri di atasnya dan memandang apakah ada orang? Ternyata tidak ada. Dia melakukan demikian sebanyak tujuh kali. Ketika berada di atas bukit Marwah dia mendengar ada suara, dia berkata kepada dirinya sendiri, "Diam!" Setelah diperhatikannya betul-betul ternyata memang dia mendengar suara, kemudian dia berkata, "Aku telah mendengar, apakah di sana ada air?" Tiba-tiba dia melihat ada seorang malaikat dekat sumur Zamzam. Dia mengorek-orek tanah sampai tampak ada air yang bersumber dari bawah, lalu ia menciduk dengan tangannya dan dimasukkan ke dalam tempat air, setelah diciduk air tersebut justru malah memancar. Dia minum air tersebut dan menyusukan putranya, Ismail, lalu malaikat tersebut berkata kepadanya, "Jangan takut terlantar, sesungguhnya di sinilah Baitullah yang akan dibangun oleh anak ini (Ismail) bersama ayahnya, dan sesungguhnya Allah tidak akan menerlantarkan kekasihnya."
Tidak lama kemudian datanglah orang-orang dan mereka turun di lembah Makkah, mereka melihat burung yang menjijikkan dan mereka berkata, "Burung ini berputar-putar di sekitar air, kami yakin di lembah ini ada air," lalu mereka mengirim utusan, ternyata mereka mendapatkan air, mereka kembali dan memberitahukan kepada orang-orang yang mengutus mereka tentang adanya air, maka merekapun mendatanginya, dan meminta izin dari Ummu Ismail bahwa mereka akan mampir ke sana, diapun mempersilahkan dengan syarat bahwa mereka tidak berhak memiliki (sumber) air tersebut, merekapun setuju.
Penemuan Kembali Zamzam
Ketika Abdul Mutalib sedang tidur di Hijir Ismail, dia mendengar suara menyuruhnya menggali tanah. Dia bertanya, "Tanah yang mana?" Keesokan harinya ketika dia tidur di tempat yang sama dia mendengar lagi suara yang sama menyuruhnya menggali madhnuunah (yang berharga). Dia bertanya, "Benda berharga yang mana?" Lalu dia pergi, dan keesokan harinya ketika dia tidur di tempat yang sama di Hijir Ismail dia mendengar lagi suara yang sama menyuruhnya menggali thayibah (yang baik). Dia bertanya, " Benda yang baik yang mana?" Akhirnya pada hari yang keempat dikatakan kepadanya, "Galilah Zamzam!" Dia bertanya, "Apa itu Zamzam?" Dijawab, " Air yang tidak kering dan tidak meluap " Setelah itu Abdul Mutalib diberitahu tempatnya lalu dia bangun dan menggali tempat yang diberitahukan itu. Orang-orang Quraisy bertanya kepadanya, "Apa yang kamu kerjakan ini hai Abdul Mutalib?" Dia menjawab, "Aku diperintahkan menggali Zamzam." Setelah dia dan orang-orang Qurasiy melihat sebentuk rusa, merekapun yakin bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh Abdul Mutalib itu benar. Abdul Mutalib terus menggali hingga ketemu dua patung rusa yang terbuat dari emas, keduanya adalah rusa emas yang pernah dipendam oleh warga suku Jurhum ketika mereka diusir dari Mekah. Inilah sumur Ismail bin Ibrahim as. Dengan digalinya sumur Zamzam ini, sesuai yang ditunjukkan oleh Allah, maka wibawa Abdul Mutalib di mata kaumnyapun bertambah.
Awal Wahyu
Aisyah r.a. berkata, "Wahyu pertama turun kepada Rasulullah saw. adalah berupa mimpi baik dalam tidur. Beliau melihat mimpi tersebut seperti cahaya fajar. Sejak itu beliau mulai senang menyendiri. Beliau menyendiri di gua Hira beribadah di sana sampai beberapa hari hingga habis perbekalan. Ketika perbekalan sudah habis, beliau kembali ke Khadijah ra. untuk mempersiapkan perbekalan dan kembali ke gua lagi.
Akhirnya datang kebenaran ketika beliau berada di gua Hira. Malaikat Jibril as. datang dan berkata: Bacalah! Beliau menjawab, "Aku tidak dapat membaca." Beliau berkata: Malaikat memeluk aku sampai aku kepayahan kemudian ia melepaskan pelukannya, lalu berkata, "Bacalah!" Aku menjawab, "Aku tidak dapat membaca." Malaikat itu memeluk aku untuk kedua kalinya sampai aku kepayahan kemudian ia melepaskan pelukannya dan berkata, "Bacalah!" Aku menjawab: Aku tidak dapat membaca. Maka Malaikat itu memeluk aku untukketiga kalinya kemudian melepaskan pelukannya dan berkata:
اقرأ باسم ربك الذي خلق * خلق الانسان من علق * اقرأ وربك الأكرم * الذي علم بالقلم * علم الإنسان ما لم يعلم
Artinya, " Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. " (96/1-5).
اقرأ باسم ربك الذي خلق * خلق الانسان من علق * اقرأ وربك الأكرم * الذي علم بالقلم * علم الإنسان ما لم يعلم
Artinya, " Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. " (96/1-5).
Kemudian Rasulullah saw. kembali dengan wahyu yang sudah terhujam di dadanya. Beliau menemui Khadijah binti Khuwailid ra. dan berkata, "Selimuti aku, selimuti aku." Keluarganya menyelimuti beliau hingga hilang ketakutan beliau. Beliau menceritakan kisahnya di gua Hiraa kepada Khadijah ra., "Aku khawatir terhadap apa yang menimpa diriku." Khadijah berkata, "Tidak apa-apa. Demi Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakanmu selamanya. Sesungguhnya engkau selalu menyambung silaturahim, menolong banyak orang, memberi makan orang miskin, menghormati tamu, membantu orang-orang yang benar."
Khadijah ra. membawa beliau ke Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Izza, saudara sepupunya. Seorang Nasrani yang saleh pada masa Jahiliyah. Dia menerjemahkan Injil berbahasa Ibrani ke bahasa Arab. Dia sudah tua dan buta. Khadijah berkata kepadanya, "Wahai anak pamanku, dengarlah keluhan dari keponakanmu (Muhammad saw.). Waraqah menjawab, "Wahai keponakanku, ada apa denganmu؟" Rasulullah saw. menceritakan peristiwa yang telah terjadi atas dirinya. Waraqah berkata, "Itu adalah Namus yang pernah datang menemui Nabi Musa as. Seandainya aku masih hidup ketika kaummu mengusirmu." Rasulullah saw. berkata, "Apakah mereka akan mengusirku؟" Waraqah menjawab, "Ya. Tidak ada seorang yang datang membawa seperti yang kamu bawa kecuali akan dimusuhi dan jika aku masih hidup pada saat itu, aku akan menolongmu sekuat tenaga." Waraqah tidak mendapati kesempatan itu, karena ia meninggal ketika wahyu terhenti sementara.
Tentara Gajah
Setelah Abrahah membangun sebuah gereja bernama Qalis yang belum ada tandingannya pada zaman itu di San'a, dia menulis surat kepada Raja Najasyi (Negus Negusi) berisi: "Sesungguhnya aku telah membangun sebuah gereja untukmu yang belum pernah dibangun semegah itu untuk raja sebelum kamu. Aku belum puas sebelum aku berhasil mengalihkan tujuan haji orang Arab."
Ketika surat Abrahah buat Raja Najasyi tersebut menjadi pembicaraan orang-orang Arab, maka salah seorang dari suku Kinanah marah dan pergi menuju gereja Qalis, kemudian buang air besar di dalam gereja tersebut tanpa ada yang mengetahui kemudian kembali ke rumahnya. Kejadian itu didengar oleh Abrahah, iapun marah dan bersumpah akan menyerang Baitullah sampai hancur. Beliau memerintahkan tentara Abessinia untuk bersiap-siap. Dia berangkat menunggang gajah.
Ketika orang-orang Arab mendengaar keinginan Abrahah untuk menghancurkan Kakbah, mereka merasa takut. Abrahah mengutus seorang laki-laki dari Abessinia bernama Aswad bin Mafsud beserta pasukan berkuda. Ketika sampai di Mekah ia meminta tebusan harta dari suku Quraisy dan suku lainnya. Abdul Mutalib bin Hasyim kehilangan 200 unta. Saat itu dia adalah pemuka Quraisy dan tokohnya. Suku Quraisy, suku Kinanah, suku Huzail dan suku-suku yang bertetangga dengan tanah Haram mengetahui bahwa mereka harus melawannya. Kemudian mereka menyadari bahwa mereka tidak akan mampu menghadapi pasukan tersebut. Mereka menyerahkan urusan tersebut.
Abrahah juga mengutus Hanathah Humairi ke Mekah. Ia diperintahkan untuk mencari siapa pemuka dan tokoh penduduk tanah Haram, lalu katakan: Sesungguhnya raja berkata, "Sesungguhnya aku tidak datang untuk memerangi kalian, tetapi aku datang untuk menghancurkan Baitullah. Jika kalian tidak menghalangi kami, maka kami tidak akan memerangi kalian, jika dia tidak ingin berperang denganku, maka ajaklah dia ke sini." Ketika Hanatah masuk Mekah untuk menjumpai tokoh Quraisy bernama Abdul Mutalib bin Hasyim, dia berkata kepada Abdul Mutalib seperti yang diperintahkan Abrahah.
Abdul Mutalib bin Hasyim berkata, "Demi Allah, kami tidak akan melawannya dan kami tidak mempunyai kekuatan untuk mempertahankan Rumah Allah dan Rumah Khalilullah (Nabi Ibrahim as.). Jika Allah ingin mencegahnya, maka rumah ini adalah rumah-Nya dan jika Dia membiarkannya, maka masalah ini adalah urusan-Nya dan urusan Abrahah. Demi Allah, kami tidak mempunyai kekuatan untuk mempertahankannya." Kemudian Hanatah berkata, "Kalau demikian ikutlah bersamaku menjumpainya karena ia memerintahkan aku untuk mengajakmu." Hanatah berangkat bersama Abdul Mutalib bin Hasyim dan beberapa anaknya hingga tiba di Askar.
Kemudian Abdul Mutalib mencari temannya, Dzu Nafar --sampai ia masuk dan Dzu Nafar masih dalam penjara-- ia berkata, "Wahai Dzu Nafar! Apakah engkau dapat membantu kami?" Dzu Nafar menjawab, "Bantuan apa yang dapat diberikan seorang tawanan raja yang hanya menunggu kapan akan dibunuh, pagi atau siang? Aku tidak dapat membantu kamu, kecuali aku akan menunjukkan temanku bernama Anis, seorang pengembala gajah. Aku akan antarkan kamu kepadanya dan aku akan memesan kepadanya agar ia membantu kamu.
Mintalah kepadanya agar diizinkan untuk menjumpai raja, lalu ceritakan keperluanmu, dia akan memudahkan urusanmu di hadapan raja, jika dia mampu." Abdul Mutalib berkata, "Sudah cukup buatku. Kemudian Dzu Nafar mengantarkannya ke Anis dan ia berkata kepada Anis, "Sesungguhnya Abdul Mutalib adalah tokoh dan pemuka suku Quraisy dan pemilik mata air Mekah yang memberi makan orang yang tinggal di lereng ataupun di atas-atas bukit, dia telah kehilangan 200 ekor unta. Mintakan izin buat dia untuk menghadap raja dan bantulah dia di hadapan raja semampumu." Dia berkata, "Aku akan lakukan." Kemudian Anis berkata kepada Abrahah, "Wahai raja! Ini ada seorang pemuka suku Quraisy di pintu meminta izin untuk menjumpaimu. Dia adalah pemilik mata air di Mekah, dialah yang memberi makan orang banyak, baik yang tinggal di lereng atau di atas gunung, izinkanlah dia bertemu denganmu untuk membicarakan suatu keperluan." Kemudian Abrahah mengizinkannya masuk.
Abdul Mutalib adalah orang yang gagah, mulia dan ganteng. Ketika Abrahah melihatnya, ia memuliakan dan menghormatinya dan mempersilahkan duduk di bawah. Raja Habsyah tidak senang melihatnya duduk di singgasana kerajaannya, maka Abrahah turun dan duduk di permadani, duduk berdampingan dengan Abdul Mutalib. Kemudian ia berkata kepada penterjemahnya agar menanyakan kepada Abdul Mutalib, apa keperluan kamu? Penterjemah itu bertanya kepada Abdul Mutalib, Abdul Mutalib menjawab, "Aku ingin agar raja mengembalikan unta-untaku sebanyak 200 ekor yang telah diambil." Ketika dikatakan demikian, Abrahah berkata kepada penterjemahnya agar mengatakan kepadanya, "Penampilan Anda membuatku kagum ketika pertama bertemu, tetapi kekaguman itu telah hilang ketika Anda berbicara demikian kepadaku. Apakah Anda hanya menanyakan tentang 200 unta milik Anda dan meninggalkan perkara Rumah Tua itu (Kakbah). Bukankah ia adalah agama kamu dan agama nenek moyang kamu? Sesungguhnya aku datang akan menghancurkannya, kenapa Anda tidak membicarakan masalah tersebut?" Abdul Mutalib berkata, "Sesungguhnya aku ini hanyalah pemilik unta-unta sedangkan Kakbah itu mempunyai Pemilik yang akan menjaganya." Abrahah berkata, "Tidak ada yang akan menghalangiku." Abdul Mutalib berkata, "Kalau demikian terserah Anda. Kemudian unta-unta Abdul Mutalib dikembalikan.
Abdul Mutalib kembali ke suku Quraisy dan menceritakan pertemuannya dengan Abrahah kepada mereka. Beliau memerintahkan orang-orang Quraisy untuk keluar dari Mekah dan berlindung di atas-atas gunung. Abdul Mutalib bangkit dan mengunci pintu Kabah. Bersama dengan beberapa orang Quraisy, beliau berdoa kepada Allah Taala agar dapat mengalahkan Abrahah dan tentaranya. Pagi harinya, Abrahah dan tentaranya telah bersiap untuk memasuki Mekah dengan menunggang gajah bernama Mahmud. Ketika mereka bergerak menuju Mekah, mereka bertemu dengan Nufail bin Habib. Ia menghampiri gajah kemudian memegang kupingnya dan berkata, "Duduklah dan kembalilah ke tempatmu, sesungguhnya kamu berada di negeri Haram." Dia melepaskan kuping gajah itu dan gajah itupun duduk berlutut.
Tentara Abrahah memukul gajah tersebut agar bangun, tetapi ia enggan. Mereka menghadapkannya ke Yaman, maka gajah itu bangkit berjalan menuju Yaman. Mereka mengarahkannya ke Syam, gajah itu menurut..
Mereka menghadapkannya ke Masyrik, gajah itu menurut, mereka menghadapkan ke Mekah, gajah itu duduk berlutut. Allah mengutus kepada mereka sekumpulan burung dari arah laut seperti burung layang-layang dan burung bangau, masing-masing membawa tiga butir batu, sebutir di paruhnya dan dua butir di kedua kakinya. Batu tersebut sebesar kacang humush dan kacang adas. Tidak ada yang terkena batu tersebut kecuali ia binasa. Tidak semuanya terkena lontaran batu tersebut. Mereka akhirnya keluar Mekah. Di tengah jalan mereka berjatuhan dan mati dalam keadaan yang mengerikan. Abrahah terkena lontaran batu tersebut, tentaranya membawa ia keluar Mekah dengan jari-jari terputus hingga tiba di Shan'a. Di sana ia meninggal.
Haji Nabi Ibrohim
Seusai Nabi Ibrahim a.s. menyeru manusia untuk melaksanakan haji, malaikat Jibril a.s. mengajaknya. Kepada beliau diperlihatkan bukit Safa, Marwah dan perbatasan tanah Haram lalu diperintahkan untuk memancakkan batu-batu pertanda. Beliaupun melaksanakannya.
Nabi Ibrahim a.s. adalah orang yang pertama menegakkan batasan tanah Haram setelah ditunjukkan oleh malaikat Jibril a.s. Pada tanggal 7 Zulhijah, Nabi Ibrahim a.s. berkhutbah di Mekah ketika matahari condong ke Barat (tergelincir), sementara Nabi Ismail a.s. duduk mendengarkan. Pada esok harinya, keduanya keluar berjalan kaki sambil bertalbiyah dalam keadaan berihram. Masing-masing membawa bekal makanan dan tongkat untuk bersandar. Hari itu dinamakan hari Tarawiah.
Di Mina, keduanya melaksanakan salat Zuhur, Asar, Magrib, Isya dan Subuh. Mereka tinggal di sebelah kanan Mina sampai terbit matahari dari gunung Tsubair (waktu Dhuha) keduanya keluar Mina menuju Arafah. Malaikat Jibril a.s. menyertai mereka berdua sambil menunjukkan tanda-tanda batas sampai akhirnya mereka tiba di Namirah. Malaikat Jibril a.s. menunjukkan pula tanda-tanda batas Arafah. Nabi Ibrahim a.s. sudah mengetahui sebelumnya lalu berkata: عرفت Artinya: Aku sudah mengetahi, maka daerah itu dinamakan Arafah.
Ketika tergelincir matahari, malaikat Jibril a.s. bersama keduanya menuju suatu tempat --sekarang Mesjid--. Nabi Ibrahim as. berkhutbah dan Nabi Ismail a.s. duduk mendengarkan, lalu mereka salat jamak taqdim Zuhur dan Asar. Kemudian malaikat Jibril a.s. mengangkat keduanya ke bukit dan mereka berdua berdiri sambil berdoa hingga terbenam matahari dan hilang cahaya merah.
Kemudian mereka meninggalkan Arafah berjalan kaki hingga tiba di Juma'. Mereka salat Magrib dan Isya di sana, sekarang tempat jamaah haji melaksanakan salat. Mereka bermalam di sana hingga terbit fajar keduanya diam di Quzah. Sebelum terbit matahari, mereka berjalan kaki hingga tiba di Muhassir. Di tepat ini mereka mempercepat langkahnya. Ketika sudah melewati Muhassir, mereka berjalan seperti sebelumnya. Ketika tiba di tempat jumrah, mereka melontar jumrah Aqabah tujuh kerikil yang dibawa dari Juma'.
Kemudian mereka tinggal di Mina pada sebelah kanannya, lalu keduanya menyembelih hewan kurban di tempat sembelihan. Setelah itu memotong rambut dan tinggal beberapa hari di Mina untuk melontar tiga jumrah pulang bali saat matahari mulai naik. Pada hari Shadr, mereka keluar untuk salat Zuhur di Abthah. Semuanya itu ditunjukkan oleh malaikat Jibril a.s.
Seruan Haji
Ketika Nabi Ibrahim a.s. selesai membangun Kakbah, Allah Taala memerintahkannya untuk menyeru manusia untuk melaksanakan haji. Dalam hal ini Allah Taala berfirman:
وأذن في الناس بالحج يأتوك رجالا وعلى كل ضامر يأتين من كل فج عميق
Artinya, "Serukanlah kepada seluruh manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh. "
وأذن في الناس بالحج يأتوك رجالا وعلى كل ضامر يأتين من كل فج عميق
Artinya, "Serukanlah kepada seluruh manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh. "
Nabi Ibrahim berkata kepada Allah Taala, "Wahai Tuhan! Bagaimana suaraku akan sampai?" Allah Taala berfirman, "Serulah! Aku yang akan membuat suaramu sampai."
Kemudian Nabi Ibrahim as. naik ke gunung Qubis dan memasukkan jari tangannya ke kuping sambil menghadapkan wajahnya ke Timur dan Barat beliau berseru, "Wahai sekalian manusia telah diwajibkan kepadamu menunaikan ibadah haji ke Baitul Atiq, maka sambutlah perintah Tuhanmu Yang Maha Agung." Seruan tersebut telah didengar oleh setiap yang berada dalam sulbi laki-laki dan rahim wanita. Seruan itu disambut oleh orang yang telah ditetapkan dalam ilmu Allah Taala bahwa ia akan melaksanakan haji, sampai hari Kiamat mereka berkata,
لبيك اللهم لبيك
Aartinya, "Telah saya penuhi panggilan-Mu, Ya Allah! Telah saya penuhi panggilan-Mu."
Pondasi Pembangunan Ka'bah
1. Nabi Ibrahim a.s. tiba di Mekah dalam rangka ingin melaksanakan perintah Allah Taala yaitu membangun Baitullah. Beliau berkata kepada anaknya, Ismail as, "Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepadaku sesuatu." Ismail a.s. berkata, "Laksanakanlah apa yang telah Tuhanmu perintahkan." Beliau berkata, "Apakah engkau bersedia membantuku untuk melaksanakannya؟" Ismail a.s. menjawab, "Aku akan membantumu." Beliau berkata, "Sesungguhnya Allah Taala memerintahkan aku untuk membangun sebuah rumah di sini," dan beliau menunjuk ke gundukkan tanah yang agak tinggi dan sekitarnya. Kemudian mereka berdua membangun di atas pondasi. Ismail a.s. membawa batu dan Ibrahim a.s. menyusun (membangun).
Ketika bangunan bertambah tinggi, Nabi Ismail a.s. meletakkan batu Maqam Ibrahim dan di samping bangunan sebagai pijakan buat Nabi Ibrahim as. Kemudian Nabi Ibrahim a.s. naik ke atas batu itu dan Nabi Ismail a.s. menyodorkan batu-batu. Lalu mereka berdoa:ربنا تقبل منا إنك أنت السميع العليم، ربنا واجعلنا مسلمين لك، ومن ذريتنا أمة مسلمة لك، وأرنا مناسكنا وتب علينا إنك أنت التواب الرحيم، ربنا وابعث فيهم رسولا منهم يتلوا عليهم آياتك ويعلمهم الكتاب والحكمة ويزكيهم، إنك أنت العزيز الحكيم
Artinya, "Ya Tuhan kami! Jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. Ya Tuhan kami! Utuslah untuk mereka seorang rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan ayat-ayat-Mu kepada mereka dan mengajarkan Kitab (Alquran) dan Hikmah (Sunnah) kepada mereka serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
Artinya, "Ya Tuhan kami! Jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. Ya Tuhan kami! Utuslah untuk mereka seorang rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan ayat-ayat-Mu kepada mereka dan mengajarkan Kitab (Alquran) dan Hikmah (Sunnah) kepada mereka serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
Berkat Allah Taala pembangunan Kakbahpun dapat diselesaikan.
2. Tidak ada dalam berita yang sahih bahwa Baitullah sudah berdiri sebelum Nabi Ibrahim a.s. Barangsiapa yang berpegang pada firman Allah Taala:وإذ بوأنا لإبراهيم مكان البيت Artinya, "Ingatlah, ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah."وإذ يرفع إبراهيم القواعد من البيت
Artinya, "Ingatlah, ketika Ibrahim meninggikan (membina) fondasi Baitullah." Maksudnya bahwa tempat Baitullah tersebut telah ada dalam ilmu Allah sejak penciptaan langit dan bumi. Jadi tempat Baitullah itu sudah diketahui adapun pembangunannya dilakukan oleh Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. Sedangkan berita yang mengatakan bahwa Kakbah telah dibangun sebelum itu adalah berita yang diriwayatkan dari Bani Israil. Berita yang tidak dapat dibenarkan dan tidak dapat disalahkan. Allahlah Yang Maha Mengetahui.
3. Saat Nabi Ibrahim a.s. membangun Baitullah, ia membuat:* Tingginya sembilan hasta.* Panjangnya dari Hajar Aswad sampai Rukun Syami 32 hasta.* Lebarnya dari Rukun Syami sampai Rukun Gharbi 22 hasta.* Panjangnya dari Rukun Gharbi sampai Rukun Yamani 31 hasta.
* Lebarnya dari Rukun Yamani sampai Hajar Aswad 20 hasta.
Ia membuat pintu Kakbah sejajar dengan tanah, tidak di atas tanah dan tidak dibuatkan daun pintu, kemudian dibuat oleh Tubba Humairi dan setelah itu pintu Kakbah ditinggikan di atas tanah.
Bangunan yang dibuat oleh Nabi Ibrahim a.s. adalah bangunan yang dicontoh oleh orang setelahnya. Bangunan tersebut mempunyai dua rukun yaitu dua Rukun Yamani. Adapun bagian berikutnya adalah hijir yang tidak dibuatkan rukun, tetapi dibuat setengah lingkaran. Dikatakan bahwa Nabi Ibrahim a.s. membangun Baitullah ketika beliau berusia 100 tahun. Allahu A`lam.
Kisah Alquran
Ketika Nabi Ibrahim a.s. hijrah dari negerinya, beliau memohon kepada Allah Taala agar dikaruniai seorang anak laki-laki yang saleh. Allah Taala mengabarkan berita gembira akan kelahiran seorang anak yang amat sabar yaitu Ismail a.s. Ismail lahir ketika Nabi Ibrahim a.s. berusia 86 tahun. Ketika Ismail a.s. menginjak usia remaja dan sudah dapat bekerja, Nabi Ibrahim a.s. bermimpi bahwa ia menyembelih anaknya. Mimpi seorang nabi adalah wahyu, sebab itu hal ini adalah ujian yang berat dari Allah Taala kepada Nabi Ibrahim a.s. Dalam hal ini Allah berfirman:
قال يا بني إني أرى في المنام أني أذبحك فانظر ماذا تري
Artinya: Ibrahim berkata, "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Bagaimana pendapatmu!" ./50
Ismail a.s. menjawab:
يا أبت افعل ما تؤمر ستجدني إن شاء الله من الصابرين
Artinya: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."
Dikatakan kepada keduanya, "Berserah dirilah kamu berdua!"
فلما أسلما وتله للجبين
Artinya: Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, (jelaslah kesabaran keduanya).
Ketika keduanya menuruti perintah Allah dan sudah akan melaksanakannya, Allah Taala berseru kepada Nabi Ibrahim as. dan mengabarkan berita gembira melalui Malaikat sebagaimana dalam firman Allah Taala:
أن يا إبراهيم * قد صدقت الرؤيا إنا كذلك نجزي المحسنين، * إن هذا لهو البلاء المبين * وفديناه بذبح عظيم * وتركنا عليه في الآخرين، * سلام على إبراهيم، * كذلك نجزي المحسنين * إنه من عبادنا المؤمنين
Artinya: Kami panggillah dia, "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik." Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.
Setelah tercapai tujuan dari ujian Nabi Ibrahim a.s. dan anaknya, Ismail a.s. tercapai dan keduanya berkeinginan untuk melaksanakan perintah Allah Taala, maka Allah menjadikan tebusan sembelihan tersebut dengan seekor kibasy putih yang enak dipandang. Kibasy itu ditemukan Nabi Ibrahim a.s. terikat di sebuah pohon dekat gunung Tsubair. Kemudian beliau menyembelihnya di Mina. Tempat kejadian ini kemudian dijadikan sebagai bagian dari manasik haji dan sunat berkurban sejak masa Nabi Ibrahim a.s. dan anaknya, Ismail a.s. sampai Nabi Muhammad saw.
Langganan:
Postingan (Atom)