1. Ketika Walid bin Abdul Malik melihat Hasan bin Ali bin Abi Thalib dan para sahabatnya salat di dalam rumah, beliau khawatir orang-orang akan berkumpul mengerumuninya. Beliau berinisiatif untuk memperluas mesjid, menjadikan rumah Fatimah Zahra dan makam Rasulullah menjadi bagian dari mesjid .
2. Pembongkaran mesjid itu dimulai pada bulan Safar tahun 88 H. dan selesai pembangunannya tiga tahun kemudian, yaitu tahun 91 H.
3. Walid meminta bantuan kepada Kaisar Romawi yang mengirimkan seratus pekerja dan 40 kereta mosaik serta beberapa kereta yang berisi rantai untuk lampu.
4. Pondasinya dibuat dari batu, dindingnya dibuat dari batu-batu yang dipahat yang berundak-undak dan mengapurnya dengan kuas, tiang-tiangnya dari batu yang diisi dengan besi dan timah, atapnya dari Saj (sejenis kayu keras) yang disepuh dengan air emas dan dihiasi dengan mosaik dan marmar.
5. Lebar tembok sebelah Barat mencapai dua hasta kurang sedikit (95 cm.) dan tembok sebelah Timur dua hasta empat jari. Bagian ini ditambah karena sering terkena banjir.
6. Mereka membuat dua atap mesjid, yang satu lebih tinggi dari yang lain, tinggi atap yang bawah 12,5 m, sehingga jika hujan deras tidak merusak mesjid dan tidak menghujani orang-orang yang sedang salat. Ibnu Abdu Rabbih menggambarkan mesjid tersebut dalam bukunya Aqdul Farid (3:365), katanya, "Mesjid Nabi ini lantainya terhampar dari Barat sampai Timur, pada tiap-tiap shaf ada 17 tiang, jarak antara tiang yang satu dengan yang lainnya sangat luas dan tiang di hamparan Kiblat dicat putih, tinggi sekali. Tiang-tiang itu terbuat dari granit, tiang putih itu berbentuk segi empat besar, kepalanya disepuh dengan emas. Di atasnya ada kepala tiang terukir, juga disepuh dengan emas begitu juga atapnya. Di hamparan mimbar terbelah dengan ubin-ubin yang tersepuh emas hingga akhir, dan atap tengah berbentuk perisai bolong."
7. Walid menambah lebar mesjid 19 m. Sembilan meter ke Barat dan 10 meter ke Timur, penambahan ini membuat kamar-kamar masuk ke dalam mesjid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar