Tampilkan postingan dengan label AL QUR’AN MEMBUKA JALAN BAGI ILMU PENGETAHUAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label AL QUR’AN MEMBUKA JALAN BAGI ILMU PENGETAHUAN. Tampilkan semua postingan

Senin, 01 Desember 2014

Lantunan Ayat Suci Alquran Gadis Aceh Getarkan Dunia Maya



Al - Islam - Tayangan video berisi lantunan ayat suci Alquran yang dilafalkan 
Maghfirah M Hussein, gadis 18 tahun asal Bireuen, Aceh menggetarkan jagat dunia maya.

Suara Maghfirah melantunkan surat Al Anfal ayat 1-6 terdengar merdu dan menggetarkan hati siapa saja yang mendengarnya. Simak videonya!








(Ism, Sumber: YouTube/Putra Andalas, Atjehpost)


Minggu, 05 Oktober 2014

Hewan Qurban Ternyata Tidak Merasa Sakit Ketika Disembelih



BENARKAH para binatang yang disembelih itu merasakan sakit?

Ternyata sebuah penelitian menunjukan jawaban yang mengejutkan bahwa binatang yang disembelih secara syariat islam tidak merasakan sakit sama sekali.

Penelitian ini dilakukan oleh dua orang staff peternakan dari Hannover University, sebuah Universitas terkemuka di Jerman, yaitu Prof Wilhelm Schulze dan koleganya Dr. Hazim, keduanya memimpin satu tim penelitian terstruktur untuk menjawab pertanyaan :

Manakah yang lebih baik dan paling tidak sakit?

1. Menyembelih secara syariat islam yang murni/menggunakan pisau tajam (tanpa proses pemingsanan)?

2. Menyembelih dengan cara barat dengan pemingsanan/dipukul kepalanya?
Keduanya merancang penelitian sangat canggih, menggunakan sekelompok sapi yang cukup umur (dewasa).

Pada permukaan otak kecil sapi-sapi itu dipasang elekroda (microchip) yang disebut Electro Encephalograph (EEG). EEG dipasang dipermukaan otak yang menyentuh titik (panel) rasa sakit, untuk merekam dan mencatat derajat rasa sakit ketika disembelih.

Dijantung sapi-sapi itu juga dipasang Electro Cardiograph (ECG) untuk merekam aktivitas jantung saat darah keluar karena disembelih.

Untuk menekan kesalahan, sapi dibiarkan beradaptasi dengan EEG dan ECG yang telah terpasang ditubuhnya selama beberapa minggu, setelah adaptasi dianggap cukup maka separuh sapi disembelih sesuai syariat islam yang murni, dan sisanya disembelih dengan menggunakan metode pemingsanan yang diadopsi barat.

Dalam syariat islam penyembelihan dilakukan dengan pisau yang tajam, dengan memotong 3 saluran pada leher, yaitu : saluran makan, saluran napas serta dua saluran pembuluh darah, yaitu arteri karotis dan  vena jugularis

Syariat Islam tidak merekomendasikan metode pemingsanan sebaliknya metode barat justru mengajarkan bahkan mengharuskan agar ternak dipingsankan terlebih dahulu sebelum disembelih.
Dari hasil penelitian prof Schultz dan Dr Hazim di Hannover University Jerman dapat diperoleh kesimpulan bahwa :

Penyembelihan menurut syariat islam/menggunakan pisau tajam menunjukan :

Pertama : Pada 3 detik pertama setelah ternak disembelih (dan ketiga saluran pada leher sapi bagian depan terputus) tercatat tidak ada perubahan pada grafik EEG, hal ini berarti pada 3 detik pertama setelah disembelih tidak ada indikasi rasa sakit.

Kedua : pada 3 detik berikutnya, EEG pada otak kecil merekam adanya penurunan grafik secara bertahap yg sangat mirip dengan kejadian deep sleep (tidur nyenyak), hingga sapi2 itu benar-benar kehilangan kesadaran Pada saat tersebut tercatat pula ECG bahwa jantung mulai meningkatkan aktivitasnya.

Ketiga : Setelah 6 detik pertama ECG pada jantung merekam adanya aktifitas luar biasa dari jantung untuk menarik sebanyak mungkin darah dari seluruh anggota tubuh dan memompanya keluar.
Hal ini merupakan refleksi gerakan koordinasi antara jantung dan sumsum tulang belakang (spinal cord). Pada saat darah keluar melalui ketiga saluran yg terputus dibagian leher, grafik EEG tidak naik, tapi justru drop (turun) sampe zero level (angka nol) Hal ini diterjemah oleh kedua ahli itu bahwa “No Feeling of pain at all !” (tidak ada rasa sakit sama sekali)

Keempat : Karena darah tertarik dan terpompa oleh jantung keluar tubuh secara maksimal, maka dihasilkan “healthy meat” (daging yg sehat)
Jenis daging dari hasil sembelih semacam ini sangat sesuai prinsip Good Manufacturing Practise (GMP) yang menghasilkan Healthy Food.

Secara Pemingsanan/Dibius/disetrum/dipukul kepalanya cara Barat :

Pertama : Setelah dilakukan proses Stunning (pemingsanan), sapi terhuyung jatuh & collaps (roboh), setelah itu sapi tidak bergerak lagi, sehingga mudah dikendalikan, Oleh karena itu sapi dengan mudah disembelih tanpa meronta-ronta dan tampaknya tanpa mengalami rasa sakit. Pada saat disembelih darah yang keluar hanya sedikit tidak sebanyak bila disembelih tanpa proses stunning (pemingsanan)

Kedua : Segera setelah proses pemingsanan, tercatat adanya kenaikan yang sangat nyata pada grafik EEG.. Hal ini mengindikasikan adanya tek anan rasa sakit yang diderita oleh ternak (karena kepalanya dipukul, sampai jatuh pingsan)
Media pemingsanan yang digunakan : Setrum, bius, maupun dengan cara yang mereka anggap paling baik memukul bagian tertentu di kepala ternak dengan alat tertentu pula. Alat yang digunakan adalah Captive Bolt Pistol (CBV)

Ketiga : Grafik EEG meningkat sangat tajam dengan kombinasi grafik ECG yang drop kebatas paling bawah, akibatnya jantung kehilangan kemampuan untuk menarik darah dari seluruh organ tubuh serta tidak lagi mampu memompanya keluar dari tubuh.

Keempat : Karena darah tidak tertarik dan tidak terpompa keluar tubuh secara maksimal, maka darah itupun membeku di dalam urat/pembuluh darah dalam daging sehingga dihasilkan “unhealthy meat” (daging yang tidak sehat) dengan demikian menjadi tidak layak dikonsumsi oleh manusia.
Timbunan darah beku yang tidak keluar saat ternak mati/disembelih merupakan tempat atau media sangat baik bagi tumbuh kembangnya bakteri pembusuk yg dapat merusak kualitas daging.
Meronta-ronta dan meregangkan otot pada saat ternak disembelih ternyata bukannya ekspresi rasa sakit. Sangat jauh berbeda dengan dugaan kita sebelumnya. Bahkan mungkin sudah lazim menjadi keyakinan kita bersama, bahwa setiap darah yang keluar dari anggota tubuh yang terluka pastilah disertai rasa sakit & nyeri, terlebih lagi yang terluka adalah leher dengan luka terbuka yang menganga lebar.

Hasil penelitian Prof Schultz dan Dr Hazim justru membuktikan sebaliknya. Yakni pisau tajam yang mengiris leher (sebagai syariat islam dalam penyembelihan ternak) ternyata tidaklah “menyentuh” saraf rasa sakit.

Oleh karena itu, keduanya menyimpulkan bahwa sapi meronta-ronta dan meregangkan otot bukanlah sebagai ekpresi rasa sakit, melainkan sebagai ekpresi ‘keterkejutan otot dan saraf’ saja (yaitu pada saat darah mengalir keluar dengan deras), mengapa demikian? Hal ini tentulah tidak terlalu sulit untuk dijelaskan, karena EEG tidak membuktikan, juga tidak menunjukan adanya rasa sakit.

Nah, jelas bukan, bahwa secara ilmiah ternyata penyembelihan secara syariat Islam ternyata lebih maslahat. Apalagi ditambah dengan anjuran untuk menajamkan pisau untuk mengurangi rasa sakit hewan sembelihan.

Sabda Nabi “Sesungguhnya Allah menetapkan ihsan (kebaikan) pada segala sesuatu. Maka jika kalian membunuh hendaklah kalian berbuat ihsan dalam membunuh, dan apabila kalian menyembelih maka hendaklah berbuat ihsan dalam menyembelih. (Yaitu) hendaklah salah seorang dari kalian menajamkan pisaunya agar meringankan binatang yang disembelih.”.

Subhanallah! [Sumber: Dakwah Makassar]
Sumber :  http://www.islampos.com/hewan-qurban-ternyata-tidak-merasa-sakit-ketika-disembelih-137616/


Terkait :  


Selasa, 09 September 2014

Empat Proses Muslimah Dalam Mencintai Al Quran dan Adab nya

ADAB MEMBACA AL QUR’AN (islampos.com)Salah satu kegiatan utama berkaitan dengan Al Qur’an tentu adalah membacanya. Semua ibadah berkaitan dengan Al Qur’an dijanjikan dengan pahala yang besar, termasuk dalam hal membacanya. Namun, sebagaimana ibadah-ibadah lainnya, untuk lebih mencapai dan memperoleh manfaat dari membaca Al Qur’an tersebut, Islam telah mengatur adab-adab dan etika ketika seorang muslim membaca Al Qur’an.PERTAMADianjurkan dan disunahkan dalam membaca Al-Qur’an dalam kondisi yang sempurna: Bersih, Menghadap Qiblat, serta senantiasa menjaga Waktu terbaik untuk membaca Al-Qur’an seperti alam hari, ba’da Maghrib, dan ba’da Shubuh sebagaimana firman Allahإِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا“Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.” (Al-Muzammil:6)dan jugaإِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا“Sesungguhnya membaca Al-Qur’an di waktu Fajar disaksikan (oleh Malaikat),” (Al-Isra:78)Dan membaca Al-Qur’an dalam kondisi berdiri, duduk, berbaring, berjalan bahkan ketika berkendaraan, sebagaimana firman-Nya:الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring,” (Ali Imran: 191).Kedua, maka disunnahkan memperbanyak bacaan baik ketika pagi, siang, sore dan malam sebagaimana hadits Rasulullah “Tidak ada hasad (iri) yang dibenarkan kecuali terhadap dua orang, yaitu terhadap orang yang Allah berikan harta, ia menghabiskannya dalam kebaikan dan terhadap orang yang Allah berikan ilmu, ia memutuskan dengan ilmu itu dan mengajarkannya kepada orang lain.” (HR. Muslim).KEDUAMembaca Al-Qur’an adalah sebaik-baik dzikir. Dalam sebuah hadits qudsi diriwayatkan, Allah SWT telah berfirman, ”Barangsiapa yang disibukkan dengan Al Qur’an dan berdzikir kepada-Ku, hingga tidak sempat meminta kepada-Ku, maka aku akan memberikan apa yang terbaik yang Aku berikan kepada orang-orang yang meminta. Dan keutamaan firman Allah atas perkataan makhluk-Nya adalah seperti keutamaan Allah atas semua makhluknya.” (HR. Turmudzi)KETIGAMembaca Al-Qur’an dengan tartil lebih diutamakan dari pada membaca dengan terburu-buru sehingga seluruh huruf-hurufnya jelas dan lebih menyentuh ke dalam hati.وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا“Dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-lahan.” (Al Muzzammil:4)KEEMPATMemperindah bacaan sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Hiasilah Al Qur’an itu dengan suaramu.” (HR. Muslim)Dalam riwayat lainnya disebutkan “Sesungguhnya suara yang baik itu menambah Al Qur’an menjadi baik.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan An-Nasa’i) ************************
ADAB MEMBACA AL QUR’AN (islampos.com)

Salah satu kegiatan utama berkaitan dengan Al Qur’an tentu adalah membacanya. Semua ibadah berkaitan dengan Al Qur’an dijanjikan dengan pahala yang besar, termasuk dalam hal membacanya. Namun, sebagaimana ibadah-ibadah lainnya, untuk lebih mencapai dan memperoleh manfaat dari membaca Al Qur’an tersebut, Islam telah mengatur adab-adab dan etika ketika seorang muslim membaca Al Qur’an.
 
PERTAMA
Dianjurkan dan disunahkan dalam membaca Al-Qur’an dalam kondisi yang sempurna: Bersih, Menghadap Qiblat, serta senantiasa menjaga Waktu terbaik untuk membaca Al-Qur’an seperti alam hari, ba’da Maghrib, dan ba’da Shubuh sebagaimana firman Allah

إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا

“Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.” (Al-Muzammil:6)
dan juga

إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا

“Sesungguhnya membaca Al-Qur’an di waktu Fajar disaksikan (oleh Malaikat),” (Al-Isra:78)

Dan membaca Al-Qur’an dalam kondisi berdiri, duduk, berbaring, berjalan bahkan ketika berkendaraan, sebagaimana firman-Nya:

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring,” (Ali Imran: 191).

Kedua, maka disunnahkan memperbanyak bacaan baik ketika pagi, siang, sore dan malam sebagaimana hadits Rasulullah “Tidak ada hasad (iri) yang dibenarkan kecuali terhadap dua orang, yaitu terhadap orang yang Allah berikan harta, ia menghabiskannya dalam kebaikan dan terhadap orang yang Allah berikan ilmu, ia memutuskan dengan ilmu itu dan mengajarkannya kepada orang lain.” (HR. Muslim).

KEDUA
Membaca Al-Qur’an adalah sebaik-baik dzikir. Dalam sebuah hadits qudsi diriwayatkan, Allah SWT telah berfirman, ”Barangsiapa yang disibukkan dengan Al Qur’an dan berdzikir kepada-Ku, hingga tidak sempat meminta kepada-Ku, maka aku akan memberikan apa yang terbaik yang Aku berikan kepada orang-orang yang meminta. Dan keutamaan firman Allah atas perkataan makhluk-Nya adalah seperti keutamaan Allah atas semua makhluknya.” (HR. Turmudzi)

KETIGA
Membaca Al-Qur’an dengan tartil lebih diutamakan dari pada membaca dengan terburu-buru sehingga seluruh huruf-hurufnya jelas dan lebih menyentuh ke dalam hati.

وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا

“Dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-lahan.” (Al Muzzammil:4)

KEEMPAT
Memperindah bacaan sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Hiasilah Al Qur’an itu dengan suaramu.” (HR. Muslim)

Dalam riwayat lainnya disebutkan “Sesungguhnya suara yang baik itu menambah Al Qur’an menjadi baik.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan An-Nasa’i)

************************

Terkait : 
Berbagi di  :  FACEBOOK