Oleh: Amrullah Jamil, Lc
Milisi Syiah Houthi berhasil menguasai
sebagian besar bangunan pemerintahan dan militer di ibukota Yaman,
Sana’a ahad kemarin dan mengusai persenjataan dan peralatan perang dan
memindahkannya ke provinsi ‘Amran yang berhasil mereka kuasai pada Juli
lalu sebagaimana dilansir Aljazeera.net, Senin (22/9/14).
Menurut kontributor Aljazeera Hamdi Al
Bakkari bahwa milisi “Ansharullah” (Syiah Houthi) menguasai komplek
pemerintahan, Kementrian Pertahanan, Pusat Komando Militer, dan dua
Markas Divisi Militer keenam dan keempat, sementara markas pertama
masih bertahan, mereka juga menguasai Bank Sentral dan Pusat Penyiaran
Radio Sana’a yang berdekatan dengan komplek pemerintahan setelah pasukan
yang ditempatkan di situ meninggalkannya.
Dan dari sumber terpercaya bahwa mereka
juga disinyalir menguasai komplek Kementrian Informasi dan Kesehatan.
Dan dalam waktu yang sama milisi pemberontak Syiah Houthi menyerbu
komplek militer Angkatan Udara di utara Sana’a dan menurut sumber dari
militer kepada kontributor Aljazeera bahwa panglima pangkalan milter
udara bersepakat dengan milisi Syiah Houthi untuk menyerahkan peralatan
dan persenjataannya yang dimiliki kepada milisi Syiah Houthi tanpa
mereka perlu memasukinya.
Juru bicara milisi Syiah Houthi,
Muhammad Abdus Salam mengatakan bahwa mereka telah berhasil menguasai
markas divisi militer pertama atau divisi militer Ali Muhsin Al Ahmar.
Milisi Syiah Houthi terus melanjutkan
penguasaan mereka terhadap banyak wilayah di utara Sana’a menurut
penuturan kontributor Aljazeera dan menambahkan bahwa garda pengawal
Yaman telah menyerahkan komplek divisi militer keenam dan Universitas Al
Iman kepada milisi pemberontak Syiah Houthi.
Sehingga fakta yang terlihat di lapangan
menunjukkan adanya “penyerahan” tempat-tempat strategis oleh militer
Yaman kepada milisi Syiah Houthi sehingga dalam beberapa jam saja mereka
mampu menguasainya, hal tersebut diperkuat dengan info bahwa adanya
perpecahan dalam tubuh militer Yaman karena sebagian militer hanya
tunduk kepada perintah mantan presiden Yaman yang dilengserkan, Ali
Abdullah Saleh dan memberikan loyalitas mereka kepadanya dan dia
menginstruksikan kepada militer Yaman untuk tidak berhadapan dengan
Milisi Syiah Houthi.
Kita sebagai Ahlus Sunnah Indonesia
harus mengambil pelajaran dari apa yang terjadi di Yaman, bagaimana
dengan mudahnya pemberontak Syiah Houthi menguasai ibukota negara,
komplek pemerintahan dan markas militer, hal tersebut tentunya bukanlah
suatu kebetulan, sebagaimana yang ditulis oleh Dr. Raghib As Sirjani
dalam makalahnya tentang sejarah Syiah Houthi bahwa mereka telah
memulai pergerakan mereka pada pertengahan 80an dengan membentuk
komunitas pemuda dengan nama Ittihad As Syabab (Persatuan Pemuda) pada
tahun 1986 di provinsi Saa’dah, yang bermula dari pengajian-pengajian
mazhab Syiah Zaidiyah dengan salah satu pembesarnya adalah Badruddin Al
Houthi.
Pada tahun 1990 ketika Yaman bersatu
Ittihad As Syabab berubah menjadi partai politik sebagai perwakilan dari
Syiah Zaidiyah dan salah satu tokohnya adalah Husain Badruddin Al
Houthi, putra tokoh Zaidiyah, Badruddin Al Houthi yang berhasil masuk
parlemen pada tahun 1993 dan 1997.
Akibat perseturuan Badruddin Al Houthi
dengan pemuka Zaidiyah di Yaman dalam masalah hak imamah (kepemimpinan)
ditambah dengan kecenderungannya terhadap Syiah Istna ‘Asyariyah yang
berpusat di Iran hingga pada akhirnya dia memutuskan hijrah ke Teheran
akibat tekanan yang ia dapatkan karena pemikiran Syiah yang dianutnya
tersebut dan berdiam disana beberapa tahun.
Dari sinilah sejarah Syiah Houthi yang
mendapat dukungan Iran dimulai, Husain Badruddin Al Houthi di Yaman
kemudian keluar dari parpol Hizbul Haq dan membentuk komunitas sendiri
yang awal mulanya hanyalah gerakan intelektual agama dan pemikiran dan
bekerja sama dengan pemerintah untuk menghadapi Ahlus Sunnah yang pada
saat itu diwakili oleh Hizb Mujtama’ Al Yamani Lil Islah, di saat
bersamaan beberapa ulama Yaman meminta kepada presiden Yaman waktu itu
untuk memulangkan Badruddin Al Houthi dan disetujui oleh presiden.
Akan tetapi pada tahun 2002 Al Houthi
mulai mengambil sikap yang bertentangan dengan pemerintah, bahkan pada
tahun 2004 mereka melakukan demonstrasi besar-besaran dibawah pimpinan
Husain Badruddin Al Houthi untuk menolak pendudukan amerika terhadap
Irak yang akhirnya dibubarkan paksa oleh pemerintah Yaman dengan
kekuatan militer yang menyebabkan terbunuhnya Husain Badruddin Al
Houthi.
Setelah kematian Husain Badruddin Al
Houthi kepemimpinan Al Houthi diambil alih oleh sang ayah Badruddin Al
Houthi dan kemudian mempersenjatai jamaahnya secara diam-diam dengan
sangat rapih sehingga mereka bisa melawan pasukan Yaman beberapa tahun.
Namun setelah terdesak pada tahun 2008,
dua anak Badruddin Al Houthi, Yahya dan Abdul Karim Al Houthi meminta
Qatar untuk memediasi jamaahnya dengan pemerintah Yaman dengan janji
mereka akan menyerahkan senjata ke pemerintah Yaman, namun kesepakatan
tidak berlangsung lama dan perang dimulai kembali bahkan mereka
meluaskan wilayah kekuasaannya ke provinsi sekitar Saa’da, hingga saat
ini mereka menguasai sebagian besar utara Yaman yang berbatasan dengan
Arab Saudi.
Dan pada Ahad kemarin mereka secara
mengejutkan berhasil menaklukkan sebagian besar ibukota Yaman, Saan’a
dengan adanya perpecahan dan pengkhianatan di kalangan militer Yaman.
Wallahul musta’an.
Bukan tidak mungkin perpecahan dan
pengkhianatan di kalangan militer Yaman adalah hasil konspirasi Syiah
Houthi selama ini dengan melakukan infiltrasi (menyusupkan Syiah) ke
dalam angakatan militer Yaman, dan dengan dukungan dana yang melimpah
dari Iran, hal tersebut bukanlah sebuah kemustahilan, sebuah jamaah yang
awalnya dipandang sebelah mata dan hanya berasal dari provinsi kecil
Saa’da telah berhasil menguasai komplek pemerintahan dan dan markas
militer di ibukota Saan’a.
Wahai Ahlus Sunnah Indonesia ambillah
pelajaran dari Yaman!!! Jangan sampai Syiah di Indonesia berhasil
menginfiltrasi TNI dan berujung dengan kudeta pemerintahan yang sah!!!
Sumber: Aljazeera.net dan Islamstory.com
Berita Terkait
Berita Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar