Inilah DOKUMEN RAHASIA sekte agama Syiah, tentang misi jangka panjang mereka (50 th), untuk menegakkan kembali dinasti Persia yang telah runtuh oleh Islam berabad-abad lamanya, sekaligus membumi-hanguskan negara-negara Ahlus Sunnah, musuh bebuyutan mereka. Dokumen ini disebarkan oleh Ikatan Ahlus Sunnah di Iran, begitu pula majalah-majalah di berbagai negara Ahlus Sunnah (ISLAM), termasuk diantaranya Majalah al-Bayan, edisi 123, Maret 1998.
Karena naskah yang tersebar adalah naskah
dalam bahasa arab, maka kami terjemahkan ke dalam bahasa indonesia,
agar orang yang tidak mampu berbahasa arab pun bisa memahami isi naskah
tersebut.
((Bila kita tidak mampu untuk
mengusung revolusi ini ke negara-negara tetangga yang muslim, tidak
diragukan lagi yang terjadi adalah sebaliknya, peradaban mereka -yang
telah tercemar budaya barat- akan menyerang dan menguasai kita.
Alhamdulillah, -berkat anugerah Allah
dan pengorbanan para pengikut imam yang pemberani- berdirilah sekarang
di Iran, Negara Syiah Itsna Asyariyyah (syiah pengikut 12 imam),
setelah perjuangan berabad-abad lamanya. Oleh karena itu, -atas dasar
petunjuk para pimpinan syi’ah yang mulia- kita mengemban amanat yang
berat dan bahaya, yakni: menggulirkan revolusi.
Kita harus akui, bahwa pemerintahan kita adalah pemerintahan yang berasaskan madzhab syi’ah,
disamping tugasnya melindungi kemerdekaan negara dan hak-hak
rakyatnya. Maka wajib bagi kita untuk menjadikan pengguliran revolusi
sebagai target yang paling utama.
Akan tetapi, karena melihat
perkembangan dunia saat ini dengan aturan UU antar negaranya, tidak
mungkin bagi kita, untuk menggulirkan revolusi ini, bahkan bisa jadi
hal itu mendatangkan resiko besar yang bisa membahayakan kelangsungan
kita.
Karena alasan ini, maka -setelah
mengadakan tiga pertemuan, dan menghasilkan keputusan, yang disepakati
oleh hampir seluruh anggota-, kami menyusun strategi jangka panjang 50 tahun, yang terdiri dari 5 tahapan, setiap tahapan berjangka 10 tahun, yang bertujuan untuk menggulirkan revolusi islam ini, ke seluruh negara-negara tetangga, dan menyatukan kembali dunia Islam (dengan men-syi’ah-kannya).
Karena bahaya yang kita hadapi dari
para pemimpin Wahabiah dan mereka yang berpaham ahlus sunnah, jauh
lebih besar dibandingkan bahaya yang datang dari manapun juga, baik
dari timur maupun barat, karena orang-orang Wahabi dan Ahlus Sunnah
selalu menentang pergerakan kita. Merekalah musuh utama Wilayatul Fakih
dan para imam yang ma’shum, bahkan mereka beranggapan bahwa menjadikan
faham syi’ah sebagai landasan negara, adalah hal yang bertentangan
dengan agama dan adat, dengan begitu berarti mereka telah memecah dunia
Islam menjadi dua kubu yang saling bermusuhan.
Atas dasar ini:
Kita harus menambah kekuatan di
daerah-daerah berpenduduk Ahlus Sunnah di Iran, khususnya kota-kota
perbatasan. Kita harus menambah masjid-masjid dan husainiyyat kita di
sana, disamping menambah volume dan keseriusan dalam pengadaan acara-acara peringatan ritual syi’ah.
Kita juga harus menciptakan iklim
yang kondusif, di kota-kota yang dihuni oleh 90-100 persen penduduk
Ahlus Sunnah, agar kita bisa mengirim dalam jumlah besar kader-kader
syi’ah dari berbagai kota dan desa pedalaman, ke daerah-daerah
tersebut, untuk selamanya tinggal, kerja, dan bisnis di sana.
Dan merupakan kewajiban negara dan
instansinya, untuk memberikan perlindungan langsung kepada mereka yang
diutus untuk menempati daerah itu, dengan tujuan agar dengan berlalunya
waktu, mereka bisa merebut jabatan pegawai di berbagai kantor, pusat pendidikan dan layanan umum, yang masih di pegang oleh kaum Ahlus Sunnah.
Strategi yang kami buat untuk
pengguliran revolusi ini, -tidak seperti anggapan banyak kalangan- akan
membuahkan hasil, tanpa adanya kericuhan, pertumpahan darah, atau
bahkan perlawanan dari kekuatan terbesar dunia. Sungguh dana besar yang
kita habiskan untuk mendanai misi ini, tak akan hilang tanpa
timbal-balik.
Teori Memperkuat Pilar-pilar Negara:
Kita tahu, bahwa kunci utama untuk
menguatkan pilar-pilar setiap negara, dan perlindungan terhadap
rakyatnya, berada pada tiga asas utama:
Pertama: Kekuatan yang dimiliki oleh pemerintahan yang sedang berkuasa.
Kedua: Ilmu dan pengetahuan yang dimiliki oleh para ulama dan penelitinya.
Ketiga: Ekonomi yang terfokus pada kelompok pengusaha pemilik modal.
Apabila kita mampu menggoncang pemerintahan, dengan cara memunculkan perseteruan antara ulama dan penguasanya, atau
memecah konsentrasi para pemilik modal di negara itu, dengan menarik
modalnya ke negara kita atau negara lain, tak diragukan lagi, kita
telah menciptakan keberhasilan yang gemilang dan menarik perhatian
dunia, karena kita telah meruntuhkan tiga pilar tersebut.
Adapun rakyat jelata setiap negara,
yang berjumlah rata-rata 70-80 persen, mereka hanyalah pengikut hukum
dan kekuatan yang menguasainya. Mereka disibukkan oleh tuntutan
hidupnya, untuk mencari rizki, makan dan tempat tinggalnya. Oleh karena
itu, mereka akan membela siapa pun yang sedang berkuasa. Dan untuk
mencapai atap setiap rumah, kita harus menaiki tangga utamanya.
Tetangga-tetangga kita dari kaum Ahlus Sunnah dan Wahabi adalah:
Turki, Irak, Afganistan, Pakistan, dan banyak negara kecil di pinggiran
selatan, serta gerbangnya negara teluk persia, yang tampak seakan
negara-negara yang bersatu, padahal sebenarnya berpecah-belah.
Daerah-daerah ini, adalah kawasan yang sangat penting sekali, baik di
masa lalu, maupun di masa-masa yang akan datang. Ia juga ibarat
kerongkongan dunia di bidang minyak bumi. Tidak ada di muka bumi ini
kawasan yang lebih sensitif melebihinya. Para penguasa di kawasan ini
memiliki taraf hidup yang tinggi, karena penjualan minyak buminya.
Kategori Penduduk di Kawasan Ini
Penduduk di kawasan ini terbagi dalam tiga golongan:
Pertama: Penduduk baduwi dan padang pasir, yang telah ada sejak beratus-ratus tahun lalu.
Kedua: Pendatang yang hijrah dari
berbagai pulau dan pelabuhan, yang telah hijrah sejak zaman
pemerintahan Syah Isma’il as-Shofawi, dan terus berlangsung hingga
zamannya Nadirsyah Afsyar, Karim Khan Zind, Raja al-Qojar, dan keluarga
al-Bahlawi. Dan telah banyak perjalanan hijrah dari waktu ke waktu,
sejak mulainya revolusi Islam.
Ketiga: Mereka yang berasal dari negara arab lainnya, dan kota-kota pedalaman Iran.
Adapun lahan bisnis, perusahaan
ekspor impor dan kontraktor, biasanya dikuasai oleh selain penduduk
asli. Sedangkan penduduk asli, kebanyakan mereka hidup dari menyewakan
lahan dan jual-beli tanah. Mengenai para keluarga penguasa, biasanya
mereka hidup dari gaji pokok penjualan minyak buminya.
Adapun kerusakan masyarakat, budaya,
banyaknya praktik yang menyimpang dari islam, itu sangat jelas
terlihat. Karena mayoritas penduduk negara-negara ini, telah larut
dalam kenikmatan dunia, kefasikan dan perbuatan keji. Banyak dari
mereka yang mulai membeli perumahan, saham perusahaan, dan menyimpan
modal usahanya di Eropa dan Amerika, khususnya di Jepang, Inggris,
Swedia, dan Swiss, karena kekhawatiran mereka akan runtuhnya negara
mereka di masa-masa mendatang. Sesungguhnya dengan menguasai
negara-negara ini, berarti kita telah menguasai setengah dunia.
Beberapa Tahapan Dalam Menggulirkan Revolusi Ini
Untuk menjalankan misi panjang 50
tahun ini, langkah pertama yang harus kita lakukan adalah: memperbaiki
hubungan kita dengan negara-negara tetangga, dan harus ada hubungan
yang kuat dan sikap saling menghormati, antara kita dengan mereka.
Bahkan kita juga harus memperbaiki hubungan kita dengan Irak, setelah
perang berakhir dan Sadam Husein jatuh, karena menjatuhkan seribu kawan
itu lebih ringan, dibanding menjatuhkan satu lawan.
Dengan adanya hubungan politik,
ekonomi dan budaya antara kita dengan mereka, tentunya akan masuk
sekelompok kader dari Iran ke negara-negara ini, sehingga memungkinkan
kita untuk mengirim para duta secara resmi, yang pada hakekatnya adalah
pelaksana program revolusi ini, selanjutnya kita akan tentukan misi
khusus mereka saat menugaskan dan mengirimkannya.
Janganlah kita beranggapan bahwa 50
tahun adalah waktu yang panjang, karena kesuksesan langkah kita ini
benar-benar membutuhkan perencanaan yang berkelanjutan hingga 20 tahun.
Sungguh tersebarnya paham syi’ah, yang kita rasakan di banyak negara
saat ini, bukanlah buah dari perencanaan 1 atau 2 hari.
Dulunya kita tidak memiliki seorang
pun pegawai di negara manapun, apalagi kader dengan jabatan menteri,
wakil negara dan presiden. Bahkan dulunya banyak kelompok, seperti
Wahabiah, Syafi’iah, Hanafiah, Malikiah, dan Hanbaliah, memandang kita
sebagai kelompok yang murtad dari Islam, sehingga pengikut mereka telah
berkali-kali mengadakan pemusnahan kaum syi’ah secara massal. Memang
benar kita tidak merasakan pahitnya hari-hari itu, tetapi nenek moyang
kita pernah merasakannya. Kehidupan kita hari ini adalah buah dari
gagasan, pemikiran dan langkah mereka. Mungkin juga kita tidak akan
hidup di masa depan, akan tetapi revolusi dan madzhab kita akan tetap
ada.
Untuk menunaikan misi ini, tidaklah
cukup hanya dengan mengorbankan hidup, atau apapun yang paling berharga
sekalipun, akan tetapi juga membutuhkan pemrograman yang telah matang
dikaji.
Harus ada perencanaan untuk masa depan, walaupun untuk 500 tahun ke depan,
apalagi hanya 50 tahun saja. Karena kita adalah pewaris berjuta-juta
syuhada’, yang gugur di tangan setan-setan yang mengaku muslim, darah
mereka terus mengalir dalam sejarah, sejak meninggalnya Rasul hingga
hari ini. Dan cucuran darah itu tidak akan kering, sehingga setiap
orang yang mengaku muslim, meyakini hak Ali dan keluarga Rasulullah,
mengakui kesalahan nenek moyang mereka, dan mengakui syi’ah sebagai
pewaris utama ajaran Islam.
Beberapa Tahapan Penting Dalam Perjalanan Misi Ini
Tahap Pertama (sepuluh tahun pertama):
Kita tidak ada masalah dalam menyebarkan madzhab syi’ah
di Afganistan, Pakistan, Turki, Iran dan Bahrain. Karena itu, kita
akan menjadikan tahapan sepuluh tahun kedua, sebagai tahapan pertama di
5 negara ini.
Sedangkan tugas para duta kita di belahan negara lain adalah tiga hal:
Pertama: Membeli lahan tanah, perumahan dan perhotelan.
Kedua:
Menyediakan lapangan pekerjaan, kebutuhan hidup dan fasilitasnya
kepada para pengikut paham syi’ah, agar mereka mau hidup di rumah yang
dibeli, sehingga bertambah banyak jumlah penduduk yang sepaham dengan
kita.
Ketiga:
Membangun jaringan dan relasi yang kuat dengan para pemodal di pasar
dagang, dengan para pegawai kantor, khususnya mereka yang menjabat
sebagai kepala tinggi, dengan tokoh publik dan dengan siapapun yang
memiliki hak keputusan penuh di berbagai instansi negara.
Di sebagian negara-negara ini, ada
beberapa daerah, yang sedang dalam proyek pengembangan, bahkan di sana
ada rencana proyek pengembangan untuk puluhan desa, kampung, dan kota
kecil lainnya. Tugas wajib para duta yang kita kirim adalah membeli
sebanyak mungkin rumah di desa itu, untuk kemudian dijual dengan harga
yang pantas kepada orang yang mau menjual hak miliknya di pusat kota.
Sehingga dengan langkah ini, kota yang padat penduduknya bisa kita
rebut dari tangan mereka.
Tahap Kedua (sepuluh tahun kedua):
Kita harus mendorong masyarakat
syi’ah untuk menghormati UU, taat kepada para pelaksana UU dan pegawai
negara, serta berusaha mendapatkan surat ijin resmi untuk berbagai
acara ritual syi’ah, pendirian masjid, dan husainiyyat. Karena surat
ijin resmi tersebut, akan kita ajukan sebagai tanda bukti resmi di
masa-masa mendatang untuk mengadakan berbagai acara dengan bebas.
Kita juga harus berkonsentrasi pada
kawasan yang tinggi tingkat kepadatan penduduknya, untuk kita jadikan
sebagai tempat diskusi tentang masalah-masalah (syiah) yang sangat
sensitif.
Para duta syi’ah, -pada dua tahapan
ini- diharuskan untuk mendapatkan kewarganegaraan dari negara yang
ditempatinya, dengan memanfaatkan relasi atau hadiah yang sangat
berharga sekalipun. Mereka juga harus mendorong para kadernya agar
menjadi pegawai negeri, dan segera masuk -khususnya- dalam barisan
militer negara.
Pada pertengahan tahap kedua: Harus dihembuskan -secara rahasia dan tidak langsung- isu bahwa
ulama Ahlus Sunnah dan Wahabiah adalah penyebab kerusakan di
masyarakat, dan berbagai praktek menyimpang syariat yang banyak terjadi
di negara itu. Yaitu melalui selebaran-selebaran yang berisi
kritikan, dengan mengatas-namakan sebagian badan keagamaan atau tokoh
Ahlus Sunnah dari negara lain. Tak
diragukan lagi, ini akan memprovokasi sejumlah besar rakyat negara itu,
sehingga pada akhirnya mereka akan menangkap pimpinan agama atau figur
Ahlus Sunnah yang dituduh itu, atau kemungkinan lain; rakyat negara itu
akan menolak isi selebaran itu, dan para ulamanya akan membantahnya
dengan sekuat tenaga. Dan setelah
itu kita munculkan banyak huru hara, yang akan berakibat pada
diberhentikannya penanggung jawab masalah itu, atau digantikannya
dengan staf yang baru.
Langkah ini, akan menyebabkan buruknya kepercayaan pemerintah kepada seluruh ulama di negaranya,
sehingga menjadikan mereka tidak bisa menyebarkan agama, membangun
masjid dan pusat pendidikan agama. Selanjutnya pemerintah akan
menganggap seluruh ajakan yang berbau agama sebagai bentuk pelanggaran
terhadap peraturan negara.
Ditambah lagi, akan berkembang rasa benci dan saling menjauh antara penguasa dengan ulama di negara itu, sehingga
Ahlus Sunnah dan Wahabiyah akan kehilangan pelindung mereka dari
dalam, padahal tidak mungkin ada orang yang melindungi mereka dari
luar.
Tahap Ketiga (sepuluh tahun ketiga):
Pada tahap ini, telah
terbangun jaringan yang kuat, antara duta-duta kita dengan para
pemilik modal dan pegawai atasan, diantara mereka juga banyak yang
telah masuk dalam barisan militer dan jajaran pemerintahan, yang
bekerja dengan penuh ketenangan dan hati-hati, tanpa ikut campur dalam urusan agama, sehingga kepercayaan penguasa lebih meningkat lagi dari sebelumnya.
Pada tahapan ini,
di saat berkembangnya perseteruan, perpecahan, dan iklim yang memanas
antara penguasa dengan ulama, maka diharuskan kepada sebagian ulama
terkemuka syiah yang telah menjadi penduduk negara itu, untuk
mensosialisasikan keberpihakan mereka kepada penguasa negara itu, khususnya
pada musim-musim ritual keagamaan (syi’ah), sekaligus menampakkan
bahwa syi’ah adalah aliran yang tak membahayakan pemerintahan mereka.
Apabila situasi memungkinkan mereka untuk bersosialisasi melalui media
informasi yang ada, maka janganlah ragu-ragu memanfaatkannya untuk
menarik perhatian para penguasa, sehingga mereka senang dan menempatkan
kader kita pada jabatan pemerintahan, dengan tanpa ada rasa takut atau
cemas dari mereka.
Pada tahapan ini,
dengan adanya perubahan yang terjadi di banyak pelabuhan, pulau, dan
kota lainnya di negara kita, ditambah dengan devisa perbankan kita yang
terus meningkat, kita akan merencanakan langkah-langkah untuk
menjatuhkan perekonomian negara-negara tetangga. Tentu saja para
pemilik modal dengan alasan keuntungan, keamanan dan stabilitas
ekonomi, akan mengirimkan seluruh rekening mereka ke negara kita; dan
ketika kita memberikan kebebasan kepada semua orang, dalam menjalankan
seluruh kegiatan ekonominya, dan pengelolaan rekening banknya di negara
kita, tentunya negara mereka akan menyambut rakyat kita, atau bahkan
memberikan kemudahan dalam kerjasama ekonomi.
Tahap Keempat (sepuluh tahun keempat):
Pada tahap ini, telah terhampar di depan kita fenomena; dimana
banyak negara yang para penguasa dan ulamanya saling bermusuhan,
pebisnis yang hampir bangkrut dan lari, serta masyarakat yang tak aman,
sehingga siap menjual hak miliknya dengan separo harga sekalipun, agar
mereka bisa pindah ke daerah yang aman.
Di saat terjadinya kegentingan inilah,
para duta kita akan menjadi pelindung bagi hukum dan para penguasanya.
Apabila para duta itu bekerja dengan sungguh-sungguh, tentunya mereka
akan mendapatkan jabatan terpenting dalam pemerintahan dan kemiliteran,
sehingga dapat mempersempit jurang pemisah antara para pemilik
perusahaan yang ada dengan para penguasa.
Keadaan seperti ini, memungkinkan
kita untuk menuduh mereka yang bekerja dengan tulus untuk penguasa
sebagai para penghianat negara, dan ini akan menyebabkan
diberhentikannya mereka atau bahkan diusir dan diganti dengan kader
kita.
Langkah ini akan membuahkan dua
keuntungan, pertama: Pengikut kita akan mendapat kepercayaan yang lebih
baik dari sebelumnya. Kedua: Kebencian ahlus sunnah akan semakin
meningkat, karena meningkatnya kekuatan syi’ah di berbagai instansi
negara. Ini akan mendorong ahlus sunnah untuk meningkatkan langkah
menentang penguasa. Di saat seperti itu, kader-kader kita harus
bersanding membela penguasa, dan mengajak masyarakat untuk berdamai dan
tetap tenang. Dan pada saat yang bersamaan, mereka akan membeli
kembali rumah dan barang yang semula akan mereka tinggalkan.
Tahap Kelima (sepuluh tahun terakhir):
Pada sepuluh tahun kelima, tentunya
iklim dunia telah siap menerima revolusi, karena kita telah mengambil
tiga pilar utama dari mereka, yang meliputi: keamanan dan ketenangan
dan kenyamanan. Sedangkan pemerintahan yang berkuasa, akan menjadi
seperti kapal ditengah badai dan nyaris tenggelam, sehingga menerima
semua masukan yang akan menyelamatkan jiwanya.
Di saat seperti ini, kita akan
memberikan masukan melalui beberapa tokoh penting dan terkenal, untuk
membentuk himpunan rakyat dalam rangka memperbaiki keadaan negara, dan
kita akan membantu penguasa untuk mengawasi berbagai instansi dan
mengamankan negara. Tak diragukan lagi, tentunya mereka akan menerima
usulan itu, sehingga para kader pilihan kita akan mendapatkan hampir
keseluruhan kursi di dalamnya. Kenyataan ini tentu akan menyebabkan
larinya para pengusaha, ulama dan pegawai setia pemerintahan, sehingga
kita akan dapat menggulirkan revolusi islam kita, ke berbagai negara,
tanpa menimbulkan peperangan atau pertumpahan darah.
Seandainya, pada sepuluh tahun terakhir, rencana ini tidak membuahkan hasil, kita tetap bisa mengadakan revolusi rakyat dan merebut kekuasaan dari tangan penguasa.
Apabila penganut syi’ah adalah
penduduk, penghuni dan rakyat negara itu, maka berarti kita telah
menunaikan kewajiban, yang bisa kita pertanggung-jawabkan di depan
Allah, agama, dan madzhab kita. Bukan tujuan kita untuk mengantarkan
seseorang kepada tampuk pimpinan, tetapi tujuan kita hanyalah
menggulirkan revolusi, sehingga kita mampu mengangkat bendera
kemenangan agama tuhan ini, dan menampakkan nilai-nilai kita di seluruh
negara. Selanjutnya kita mampu maju melawan dunia kafir dengan
kekuatan yang lebih besar, dan menghias alam dengan cahaya Islam dan
ajaran syi’ah, sampai datangnya imam Mahdi yang dinantikan))
–selesai sudah naskah misi revolusi itu–
Lihatlah wahai para pembaca… betapa busuknya rencana mereka…
betapa besarnya kebencian mereka terhadap Ahlus Sunnah… Kita sekarang
tahu bahwa Syi’ah bukanlah sekedar aliran paham biasa, akan tetapi ia
sekarang berubah menjadi aliran pergerakan politik yang bisa merongrong
eksistensi negara.. Lihatlah bagaimana mereka merencanakan pengguliran
revolusi sedikit demi sedikit, bagaimana mereka menjadikan dutanya
sebagai alat penyebar aliran, sekaligus alat politiknya.
Subhanallah… semoga Allah menyelamatkan kita Ahlus Sunnah wal Jama’ah (ISLAM) dari tipu daya mereka.
Allah berfirman (yang artinya): “Mereka membuat tipu daya, maka Allah pun membalas dengan tipu daya. Dan Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya…” (Qs Ali Imron: 54)
Semoga tulisan ini bisa menyadarkan mereka yang menyuarakan, perlunya pendekatan antara Syi’ah dan Ahlus Sunnah.
Sungguh mengherankan, adakah yang masih
mengharapkan kebaikan dari kaum yang selalu berbohong atas Allah dan
Rasul-Nya… Adakah yang masih ingin membangun kerukunan dengan kaum yang
meyakini bahwa Al-Qur’an sudah tidak orisinil lagi… Adakah yang masih
mengharapkan bersanding dengan kaum yang mengkafirkan Abu Bakar, Umar,
Utsman, bahkan seluruh Sahabat Rasul, kecuali tiga saja (Salman
al-Farisy, Miqdad dan Abu Dzar)… Adakah yang masih berprasangka baik
kepada kaum yang menuduh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
selama hidupnya telah berzina dengan Aisyah… Adakah Ahlus Sunnah yang
masih menganggap baik kaum yang telah membunuh ratusan bahkan ribuan
ulama Ahlus Sunnah di Iran dan negara lainnya… Adakah Ahlus Sunnah yang
masih toleran dengan kaum yang tidak mengizinkan satu pun masjid
Ahlus Sunnah di Teheran Ibu kota Iran…. Sungguh tidak pernah habis rasa
heran ini melihat kenyataan yang ada di lapangan…
Mungkin banyak diantara kita yang tidak melihat bukti nyata dari omongan diatas… mungkin ada yang mengatakan bahwa fakta di atas adalah sebatas tuduhan yang tak beralasan… tapi ingatlah bahwa diantara inti ajaran kaum Syi’ah adalah TAKIYAH, yakni: membohongi publik untuk keselamatan diri… ingatlah bahwa bohong semacam itu dalam akidah mereka adalah amalan ibadah yang berpahala… Ingatlah hadits palsu yang selalu mereka gembar-gemborkan: “Tidak punya agama, siapa pun yang tidak menerapkan takyiah.”
Ternyata selama ini, kita tidak melihat
kejanggalan yang ada pada mereka, disebabkan takiyah (baca: kebohongan)
mereka kepada kita… Ternyata selama ini tidak terlihat perbedaan yang
mendasar antara kita dan mereka, karena tabir tebal yang mereka gunakan
untuk menutupi kebusukan batin… Tapi itulah, sepandai-pandai tupai melompat pasti akan jatuh juga… Selincah-lincah kuda berlari pasti akan terpeleset juga… Inilah diantara bukti semerbaknya bau busuk mereka… Alhamdulillah.. awwalan wa aakhiron berkat Allah azza wa jall terbuka juga misi rahasia jangka panjang mereka…
Subhanakallahumma wa bihamdika… wa tabaarakasmuk wa ta’ala jadduk… wa laa ilaaha ghoiruk…
***
Sumber artikel: http://www.albayan-magazine.com/sereah.htm
Penerjemah: Addariny
Dipublikasi ulang oleh muslim.or.id dengan beberapa editing
Terkait :
- ‘Washington Post Sebut Al-Qassam Pasukan Paling Profesional’
- Kisah Sahabat Nabi: Khubaib bin Adi, Syahid di Tiang Salib
- Jika Syiah Kuasai Negeri Yaman, Negara Barat Mendiamkan
- AS dan Syiah Ternyata Bersatu, AS Berikan Bantuan Kepada Syiah Hizbullah
- Nikah Mut’ah; Antara Doktrin, Pelecehan Wanita, Praktik Prostitusi & Kerancuan Ideologi
- Syiah Adalah Agama Seks (Agama Mut'ah + Pinjam Kemaluan)
- Mengenal Sumber Kerusakan Bumi dan Keculasan Yahudi?
- Inilah Fakta yang Menunjukan Bahwa Syiah Bukan Islam
- 17 alasan ulama Islam mengkafirkan kaum Syi’ah
- ‘Washington Post Sebut Al-Qassam Pasukan Paling Profesional’
- Kisah Sahabat Nabi: Khubaib bin Adi, Syahid di Tiang Salib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar