Kemampuan berpikir adalah keistimewaan yang dimiliki manusia, yang menyebabkan posisi manusia lebih tinggi dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Dengan kemampuannya berpikir, manusia memperoleh pengetahuan, mengenali dunia sekitarnya, memikirkan sejarah masa lampaunya, dan memikirkan masa depannya. Dengan kemampuan berpikir pula, manusia mampu mencapai kesempurnaan dan memiliki tujuan dalam hidupnya. Tetapi sayangnya, berbagai macam ide dan doktrin yang berkembang di dunia telah mengepung pemikiran mereka dan membuat mereka kesulitan dalam menentukan jalan hidup yang harus mereka ambil.
Menurut sebagian ahli, dewasa ini berbagai sarana propaganda dan media massa telah menjadikan pemikiran manusia sebagai sasarannya. Kini banyak sekali sarana yang bisa digunakan manusia mendapatkan informasi dan pengetahuan. Namun pada saat yang sama, kondisi ini membuka pula peluang bagi manusia untuk mengambil informasi yang salah sehingga pemikirannya menjadi tersesatkan. Sikap takabur dan tenggelam dalam kehidupan duniawiah merupakan penyebab dari kesalahan pemikiran ini. Manusa yang sombong menganggap dirinya besar akan mengira bahwa pemikirannya sendiri yang paling benar. Perasaan yang menipu ini akan menghalangi manusia untuk memandang fenomena sekitarnya secara jernih dan berpikir secara benar.
Al Quranul Karim yang merupakan kitab bimbingan dan petunjuk bagi manusia, memerintahkan manusia untuk selalu membuka mata dan telinga, serta memikirkan segala sesuatu dengan pikiran yang terbuka. Al Quran menyatakan bahwa takabur adalah sikap setan yang merupakan penyebab pertama terjadinya kesesatan. Karena sikap sombong dan takabur, setan telah membangkang perintah Allah sehingga dia keluar dari jalan yang benar. Kini pun kita melihat bahwa kekuatan-kekuatan adidaya dunia juga sedang mengikuti jalan yang diambil setan itu. Mereka menganggap diri mereka paling benar dan paling kuat di dunia, dan karena itu mereka melakukan berbagai kejahatan kemanusiaan di muka bumi.
Dalam rangka melindungi keselamatan manusia, Al Quran memerintahkan manusia untuk berjalan ke arah cahaya kebenaran. Al Quran juga menyatakan bahwa ayat-ayat wahyu Ilahi adalah sumber cahaya dan pengetahuan bagi manusia. Dalam Al Quran surah Az-Zukhruf ayat 43, Allah berfirman, yang artinya sbb. “Maka berpegang teguhlah kamu kepada agama yang telah diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di jalan yang lurus.”
Al Quran adalah sebuah kitab yang tidak terdapat kesalahan di dalamnya, karena kitab ini merupakan kata-kata Tuhan Yang Maha Bijaksana. Al Quran diturunkan untuk memberikan petunjuk dan pencerahan kepada manusia, serta menjauhkan manusia dari penyimpangan. Di dalam Al Quran tidak terdapat sedikitpun pendistorsian, penipuan, kekurangan, atau penambahan. Oleh sebab itu, manusia yang mau mendalami makna Al Quran akan mendapatkan manfaat yang sangat banyak. Kandungan Al Quran bagaikan lautan yang tidak bertepi, sehingga maknanya tidak akan pernah habis digali dan dipelajari. Setiap kali manusia menggali makna Al Quran, dia akan menemukan makna-makna baru yang akan semakin memperkaya jiwa dan pemikirannya.
Ayat-ayat Al Quran akan menghiasi manusia dengan pemikiran bersih dan jernih, serta menjauhkan manusia dari penyimpangan. Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah swt, Al Quran memberikan manusia kemampuan untuk memisahkan antara kebenaran dan kesesatan. Besarnya peran Al Quran dalam membimbing manusia, tampak dalam wasiat terakhir Rasulullah saaw kepada umatnya, yaitu, “Berpegang teguhlah kepada Al Quran dan Ahlil Baitku, dan kalian tidak akan tersesat untuk selamanya.”
Salah satu bimbingan Al Quran kepada manusia dalam berpikir adalah menjauhi persangkaan. Bersandar pada sesuatu yang meragukan hanya akan membawa manusia kepada kesesatan. Manusia harus mencari pengetahuan secara benar, dan setelah meyakini kebenarannya, barulah mengikuti pengetahuan itu. Mengikuti sesuatu yang tidak jelas dan tidak bisa diyakini kebenarannya hanya akan membawa manusia ke arah kesesatan. Dalam surah Yunus ayat 36 disebutkan, “Dan kebanyakan dari mereka tidak mengikuti sesuatu, kecuali karena persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran.”
Kita mengetahui bahwa manusia pada umumnya hanya mengikuti perasaan dan pandangan lahiriah semata. Perilaku seperti ini akan menyeret manusia ke arah penyimpangan. Sebagai contoh, kaum jahiliah menyembah berhala karena dulu nenek moyang mereka mengajarkan demikian. Mereka merasa bersalah dan berdosa meninggalkan pekerjaan itu. Padahal, bila mereka menggunakan akal pikirannya, mereka akan memahami bahwa berhala adalah benda yang tidak mampu melakukan apapun dan tidak mampu memberikan perlindungan kepada mereka. Menanggapi perilaku mereka itu, Allah swt berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 170, yang artinya sebagai berikut. “Apakah mereka akan mengikuti juga, walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun dan tidak mendapat petunjuk?”
Bimbingan Al Quran lainnya dalam masalah berpikir adalah bersikap takwa dan tawadu’ karena kedua sikap ini akan menyebabkan manusia berpikiran jernih dan benar. Takwa artinya memelihara diri dari hal-hal yang akan menyebabkan manusia terlibat dalam dosa. Ketakwaan harus dimiliki oleh setiap manusia yang ingin menjalani kehidupan yang benar dan mulia di hadapan Allah. Allah swt berfirman dalam surah Al Anfaal ayat 29 sebagai berikut, “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu “furqan” dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahan dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” Arti “furqan” di sini adalah kemampuan untuk memisahkan antara jalan yang benar dan jalan yang salah.
Sementara itu, sikap tawadhu’ akan membuat manusia selalu siap mendengarkan nasehat dan petuah dari orang lain, agar hidupnya terjaga dari kesesatan. Sebagaimana telah kami sebutkan sebelumnya, sikap sombong akan membuat manusia merasa dirinya paling benar dan tidak mau menerima bimbingan dari orang lain. Dengan demikian, sikap takwa dan tawadhu’ adalah dua kunci utama yang akan membawa manusia untuk berpikir secara benar.
Selanjutnya, bimbingan yang diberikan Al Quran kepada manusia agar mampu berpikir secara benar adalah menjauhi tipu daya dunia. Daya tarik materi akan membuat manusia tertarik dan terikat kepada dunia. Akibatnya, manusia akan terjebak dalam pemikiran materialisme dan hedonisme, dan membuat manusia terus-menerus mengejar kenikmatan duniawiah. Manusia seperti ini akan merasa bahwa kehidupannya di dunia adalah abadi dan sedikit demi sedikit ia akan terjauhkan dari hakikat kehidupan. Dalam rangka menjauhkan manusia dari sisi lahiriyah kehidupan, Al Quran selalu mengajak manusia memikirkan hakikat di balik hal-hal lahiriah itu.
Misalnya, dalam surah Qaaf ayat 6 hingga 8, disebutkan, “Maka apakah mereka tidak melihat kepada langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya, dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun? Dan kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata.” Di sini, Al Quran mengajak manusia untuk memikirkan kebesaran Tuhan dan bersujud kepada Tuhan yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Manusia yang selalu ingat akan kebesaran Tuhan akan terjaga dari kesesatan pemikiran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar