Muqoddimah
Allah SWT menciptakan manusia dengan tiga misi penting yang harus diaplikasikan dan dijabarkan dalam realitas kehidupannya. Tiga misi ini adalah misi utama sebagai pengabdi yang harus tunduk dan patuh terhadap setiap aturan dan nilai-nilai kebenaran yang telah digariskan melalui firman dan Sunnah para Rasul-Nya (QS 51:56), misi fungsional sebagai khalifah yang berkewajiban menyampaikan pesan-pesan ilahiah dalam rung lingkup kekuasaan dan kepemimpinannya secara jujur, adil dan benar.(QS 2:31, 38:26) dan misi oprasional sebagai pemakmur bumi yang mengelola dan mengembangkan kekayaan bumi dengan mengacu kepada rambu-rambu yang telah digariskan oleh Allah SWT.
Allah SWT menciptakan manusia dengan tiga misi penting yang harus diaplikasikan dan dijabarkan dalam realitas kehidupannya. Tiga misi ini adalah misi utama sebagai pengabdi yang harus tunduk dan patuh terhadap setiap aturan dan nilai-nilai kebenaran yang telah digariskan melalui firman dan Sunnah para Rasul-Nya (QS 51:56), misi fungsional sebagai khalifah yang berkewajiban menyampaikan pesan-pesan ilahiah dalam rung lingkup kekuasaan dan kepemimpinannya secara jujur, adil dan benar.(QS 2:31, 38:26) dan misi oprasional sebagai pemakmur bumi yang mengelola dan mengembangkan kekayaan bumi dengan mengacu kepada rambu-rambu yang telah digariskan oleh Allah SWT.
Untuk
merealisasikan tiga misi di atas manusia harus memahami dengan benar
hakekat kehidupan yang sesungguhnya. Dengan pemahaman yang benar tentang
hakekat kehidupan ini, manusia diharapkan berupaya dan berusaha
komitmen dengan nilai-nilai kebenaran dan konsisten pada puncak
ketakwaan dan keimanannya. Maka ia harus membangun benteng tekad dan
mengenali setiap potensi dirinya untuk meraih dan mencapai
kehendak-kehendak ilahiah.
Dengan
tekad dan kekuatan potensi dirinya, ia akan senantiasa melakukan
pengorbanan dengan apa yang ia miliki, dengan apa yang ia cintai dan
dengan apa yang ia kuasai demi bertahan dalam perjuangan hidup. Karena
hidup ini sebenarnya adalah ujian dan perjuangan. Namun tidak semua
manusia sama dalam menghadapi hidup dan kehidupan. Ada sebagian mereka
yang berkorban dan berjuang untuk menghadang gerakan kebaikan dan
kebenaran, ada yang hanya memilih kehidupan duniawi saja dan ada yang
tidak merespon sama sekali ayat-ayat Allah SWT. Perhatikan beberapa ayat
Allah berikut ini;
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka
akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi penyesalan bagi mereka dan
mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam neraka Jahanamlah orang-orang yang
kafir itu dikumpulkan.” (QS. 8:36)
“…Maka
di antara manusia ada orang yang berdo’a:”Ya Tuhan kami, berilah kami
kebaikan di dunia”, dan tiadalah baginya bagian (yang menyenangkan) di
akhirat.” (QS. 2:200)
“Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan):”Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut itu”, maka di
antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada
pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya.Maka
berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (QS. 16:36)
“…Dan
jika pun mereka melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mau
beriman kepadanya. Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk
membantahmu, orang-orang kafir itu berkata:”al-Qur’an ini tidak lain
hanyalah dongengan orang-orang dahulu.” Mereka melarang (orang lain)
mendengarkan al-Qur’an dan mereka sendiri menjauhkan diri daripadanya,
dan mereka hanyalah membinasakan diri mereka sendiri, sedang mereka
tidak menyadari. (QS. 6:25-26)
Akan
tetapi manusia yang memahami misi kehidupannya dengan benar dan yang
ingin bertahan dalam puncak ketundukan dan ketakwaan, ia akan senantiasa
eksis di dunia ini dengan berbagai macam amal kebaikan. Dan salah satu
amal kebaikan adalah ketawadluan dan kerendahan tanpa ada kesombongan
dan membelanjakan harta kekayaan untuk kepentingan ummat Islam yang
sangat memerlukan seperti yang digambarkan dalam beberapa ayat yang ada
dalam surat al-Balad ini;
“Tahukah
kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak
dari perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak
yatim yang memberi kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir”
Manusia
dengan sifat ini, bukan tipologi Abu al-Asyad, Abu Lahab dan Abu-abu
lainnya yang selalu menginfakkan harta kekayaannya untuk merancaukan
pemikiran Islam, menjauhkan generasi muslim dari tali agama dan
nilai-nilai kebenaran ajarannya. Membelanjakan hartanya untuk membangun
tempat-tempat kemasiatan dan kemungkaran. Akan tetapi mereka adalah
hamba-hamba Allah yang senantiasa melukiskan tinta emas amal unggulan
dalam lembaran-lembaran dan kanvas kehidupannya. Mereka tidak pernah
mengenal kata “lelah, letih dan sulit” dalam menapaki jalan terjal
perjuangan. Jiwanya selalu berkibar dan meronta-ronta dalam merespon
kebaikan. Mereka inilah bak rahib pada waktu malam dan penunggang kuda
pada siang harinya (Ruhbanul lail wa fursaanun nahar)
Dan sebenarnya ada dua kunci kesuksesan mukmin dalam menghadapi hidup dan kehidupan yaitu sabar dan syukur sebagimana yng dijelaskan Rasulullah dalam sebuah haditsnya; “Sangat
mengagumkan urusan orang-orang mukmin, karena seluruh urusannya memuat
kebaikan, apabila diuji dengan kenikmatan maka ia selalu bersyukur. Maka
yang demikian ini kebaikan bagi dirinya. Dan apabila diuji dengan
kesusahan maka ia selalu sabar. Maka yang demikian ini adalah kebaikan bagi dirinya.” (HR at-Tirmidzi)
Seputar Surat Al-Balad
Terjemahan Ayat
“Aku benar-benar bersumpah dengan kota ini (Mekah), dan kamu (Muhammad) bertempat di kota Mekah ini, dan demi bapak dan anaknya. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah. Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tiada seorangpun yang berkuasa atasnya. Dia mengatakan:”Aku telah menghabiskan harta yang banyak”. Apakah dia menyangka bahwa tiada seorangpun yang melihatnya. Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan dua buah bibir. Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang memberi kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir. Dan dia (tidak pula) termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan. Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, mereka itu adalah golongan kiri. Mereka berada dalam neraka yang tertutup rapat.” (QS. 90:1-20)
“Aku benar-benar bersumpah dengan kota ini (Mekah), dan kamu (Muhammad) bertempat di kota Mekah ini, dan demi bapak dan anaknya. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah. Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tiada seorangpun yang berkuasa atasnya. Dia mengatakan:”Aku telah menghabiskan harta yang banyak”. Apakah dia menyangka bahwa tiada seorangpun yang melihatnya. Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan dua buah bibir. Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang memberi kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir. Dan dia (tidak pula) termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan. Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, mereka itu adalah golongan kiri. Mereka berada dalam neraka yang tertutup rapat.” (QS. 90:1-20)
Jumlah Ayat, Nama dan Pokok Isi
Surat ini terdiri atas 20 ayat. Ia adalah termasuk golongan surat-surat Makiyyah. Surat ini diturunkan kepada Rasulullah SAW sesudah surat al-Qaaf.
Surat ini terdiri atas 20 ayat. Ia adalah termasuk golongan surat-surat Makiyyah. Surat ini diturunkan kepada Rasulullah SAW sesudah surat al-Qaaf.
Surat ini
dinamai “al-Balad” diambil dari ayat pertama yang berarti sebuah negeri.
Dan yang dimaksud negeri di dalam ayat ini adalah kota Makkah (Tanah
Haram)
Adapun pokok isi surat ini mencakup beberapa poit berikut ini;
- Manusia diciptakan Allah untuk berjuang menghadapi kesulitan
- Peringatan terhadap manusia agar tidak terpedaya oleh kekuasaan dan harta kekayaan yang melimpah ruah
- Alokasi harta kekayaan yang benar adalah untuk memerdekakan budak, memberi makan anak-anak yatim, fuqara dan masakin.
- Allah menunjukkan dua jalan kepada manusia yaitu; jalan kebaikan dan jalan kejahatan
- Perintah saling tausiah sesama mukmin dengan kesabaran dan kasih sayang
Sabab Nuzul
Ayat yang ke lima dalam surat ini; “Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tiada seorangpun yang berkuasa atasnya”, turun kepada Abu al-Asyad bin Kaldah yang bangga dan sombong akan kekuatan, kekuasaan dan kekayaan. Ia termasuk orang yang sangat sombong dan terpedaya dengan kekuatannya. Ia menggelar dan membentangkan selendang kulitnya di bawah kedua telapak kakinya serya berkata: “Barang siapa yang mampu menggelincirkanku dari selendang ini maka ia akan mendapatkan hadiah.” Lalu ada sepuluh orang yang mencoba menariknya akan tetapi semua sia-sia dan ia masih tetap berada di atas selendangnya. Dan si kafir ini juga berkata: “Aku telah menghabiskan harta yang banyak untuk memusuhi Muhammad SAW.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir al-Alusi, Tafsir Khozin dan Tafsir Jami’ul Bayan at-Thobary)
Ayat yang ke lima dalam surat ini; “Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tiada seorangpun yang berkuasa atasnya”, turun kepada Abu al-Asyad bin Kaldah yang bangga dan sombong akan kekuatan, kekuasaan dan kekayaan. Ia termasuk orang yang sangat sombong dan terpedaya dengan kekuatannya. Ia menggelar dan membentangkan selendang kulitnya di bawah kedua telapak kakinya serya berkata: “Barang siapa yang mampu menggelincirkanku dari selendang ini maka ia akan mendapatkan hadiah.” Lalu ada sepuluh orang yang mencoba menariknya akan tetapi semua sia-sia dan ia masih tetap berada di atas selendangnya. Dan si kafir ini juga berkata: “Aku telah menghabiskan harta yang banyak untuk memusuhi Muhammad SAW.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir al-Alusi, Tafsir Khozin dan Tafsir Jami’ul Bayan at-Thobary)
Korelasi Surat ini dengan Surat Sebelum dan Sesudahnya
Korelasi dengan Surat al-Fajr
Korelasi dengan Surat al-Fajr
- Dalam surat al-Fajr terdapat celaan kepada orang yang sangat mencintai harta, yang memakan harta warisan dengan campur aduk dan tidak membantu orang-orang miskin. Sedangkan pada surat ini, Allah menjelaskan kepada manusia tentang alokasi harta kekayaan yang tepat dan benar. Yaitu dengan memerdekakan hamba sahaya (budak), meningkatkan solidaritas pada masa-masa kelaparan dan kesulitan, memperhatikan anak-anak yatim yang membutuhkan sentuhan kasih saying dan bantuan material dan memberi makan kepda orang-orang miskin yang sangat kekurangan.
- Pada akhir ayat dalam surat al-Fajr,
Allah menjelaskan kepada kita bahwa manusia ada yang masuk neraka dan
ada yang masuk surga. Sedangkan dalam surat al-Balad, Allah membagi
manusia dengan istilah “ashabul maimanah dan ashabul masyamah”
Korelasi dengan Surat As-Syams
- Kedua surat ini sama-sama menjelaskan bahwa SWT menjelaskan dua jalan kepada manusia. Dalam surat ini disebut dengan “najdain” dan dalam surat as-syams disebut dengan “taqwaahaa wa fujuurahaa”
Kosa Kata
Makna “Hillun bi haadzal Balad”
Makna “Hillun bi haadzal Balad”
- Halal bagimu di negeri ini melakukan peperangan atau yng lainnya. Maka Rasulullah SAW sendiri yang membunuh Ibnu Khatal dan tidak diperbolehkan lagi setelah Rasulullah membunuh seseorang di Tanah haram ini. (Ibnu Abbas dan Mujahid)
- Kamu memasuki Tanah Haram ini tidak berihram pada waktu “fathu Makkah” (Al-Hasan dan Atho)
Makna “al-Insaan”
- Isim Jins (nama yang meliputi semua manusia) (Ibnu Abbas)
- Abu al-asyad bin Kaldah al-Jumahi (al-Hasan)
- Al-harits bin Amir bin naufal, ketika melakukan dosa Rasulullah SAW memerintahkannya untuk membayar kafarat. Maka ia berkata: “Hartaku habis untuk membayar kafrat dan nafaqah selama aku masuk agama Muhammad. (Muqatil)
- Adam a.s (Ibnu Zaid)
- Al-Waliid bin al-Mughirah (as-Tsa’laby)
Makna “Kabadin”
- Kesusahan dan kepayahan (Al-Hasan, Mujahid dll)
- Tegak lurus (Ibnu Abbas, Ikrimah dan Dhohak)
- Di tengah langit, “Aku menciptakan Adam di tengah langit” (Ibnu Zaid)
Makna “an-Najdain”
- Jalan kebaikan dan kejahatan (Ali dan al-Hasan)
- Jalan petunjuk dan kesesatan (Ibnu Abbas)
- Jalan kebahagiaan dan kesengsaraan (Mujahid)
Makna “’Aqabah”
- Gunung di Jahannam (Ibnu Umar)
- Tebing tanpa jembatan (al-Hasan)
- Tingkat tujupuluh di Jahannam (Ka’b)
- Jembatan (Mujahid)
- Api tanpa jembatan (Qatadah)
- Jalan keselamatan (Ibnu Zaid)
- Melakukan mujahadah terhadap jiwa, nafsu dan setan dalam melakukan kebaikan (Ali bin Ahmad an-Nasaibury)
Fiqhul Ayat
Dari surat al-Balad ini kita bisa mengambil konklusi-konklusi sebagai berikut;
Dari surat al-Balad ini kita bisa mengambil konklusi-konklusi sebagai berikut;
- Hidup adalah sarat dengan ujian, pengorbanan dan perjuangan.
- Manusia mukmin harus mengerahkan seluruh daya dan potensi dirinya untuk mampu meniti “aqabah” (jalan terjal) kehidupan.
- Manusia mukmin harus selalu memberikan kontribusi kepada ummat baik secara ilmy(keilmuan), maly (harta), amaly (tenaga) dan idary (managment)
- Saling memberikan tawashi akan kesabaran dan kasih sayang adalah karekter seorang mukmin.
- Manusia yang beriman dan beramal saleh akan masuk pada golongan “as-habul maimanah” sedangkan orang yang tidak beriman dan menghambur-hamburkan hartanya di jalan setan adalah masuk golongan “as-habul masy-amah”
Penutup
Setelah memahami surat ini, semoga kita dijadikan Allah SWT sebagai hamba-hamba yang senantiasa komitment dengan nilai-nilai kebenaran, mampu memberikan kontribusi positif dan kebaikan kepada ummat Islam sepanjang hidup di dunia fana ini dan yang mampu bertahan di puncak ketakwaan dan keimanan sampai akhir hayat.
Setelah memahami surat ini, semoga kita dijadikan Allah SWT sebagai hamba-hamba yang senantiasa komitment dengan nilai-nilai kebenaran, mampu memberikan kontribusi positif dan kebaikan kepada ummat Islam sepanjang hidup di dunia fana ini dan yang mampu bertahan di puncak ketakwaan dan keimanan sampai akhir hayat.
Wallahu a’lam bisshawwab.
Sumber : http://almanar.co.id
Terkait :
- Maurice Bucaille tak Ragu dengan Kebenaran Alquran
- Kisah Inspiratif Islam
- Abraham David Mandey : Pendeta yang mendapat Hidayah Allah
- Kisah Alquran
- Inilah Fakta yang Menunjukan Bahwa Syiah Bukan Islam
- Ancaman Jalaludin Rahmat untuk Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar